Menemani Mbak Fanny yang Kesepian

Aku adalah seorang karyawan disebuah perusahaan swasta di bandung. Bagian tempat aku berkerja hanya terdiri dari 8 orang, tapi walaupun orangnya sedikit, bagianku punya seorang sekretaris bagian yang khusus melayani administrasi bagianku. Sekretasi itu namanya Fanny, tapi aku biasanya manggil mbak fanny, soalnya memang dia lebih tua 1 tahun dari aku.

Mbak Fanny adalah seorang wanita yang sangat menarik, tubuhnya tinggi semampai, hampir setinggi aku, kulitnya putih bersih dengan bentuk body aduhai. Buah dadanya tidak terlalu besar, tapi kalu dilihat dari luar, aku yakin buah dada itu pasti bulat sempurna dan kenyal, karena aku sering melirik kearah payudaranya yang membusung menantang itu . Satu lagi yang aku suka dari mbak Fanny, rambut ikalnya. Entah mengapa aku lebih tertarik dengan wanita yang berambut ikal, apalagi ditambah bibir tipis mbak fanny yang sensual, membuat aku gak bosen-bosen memandang wanita seksi itu.

Mbak fanny sebenarnya sudah menikah dan memiliki anak 1, tapi sayang suami mbak Fanny, mas Budi adalah seorang pelaut di kapal pesiar eropa, jadi mbak Fanny sering ditinggal 6 sampai 8 bulan. Oh iya, aku kenal baik dengan mas budi, suaminya, karena beberapa kali saat mas Budi kembali ke indonesia mbak Fanny dan mas Budi mengajak aku jalan-jalan.

Cerita ini dimulai saat aku mau mengeprint laporan pekerjaan. Karena printer diletakkan di meja mbak fanny, maka aku berjalan menuju meja kerjanya. Tapi sebelum sampai ke mejanya, aku melihat mbak fanny serius sekali membaca sebuah web site di layar komputernya. Aku tertawa kecil dan kembali ke mejaku, aku gak mau mengganggu mbak fanny, karena aku hafal betul web site yang sedang dibaca mbak Fanny adalah website kumpulan cerita-cerita erotis.

Kemudian aku menggoda mbak Fanny dengan mengirim pesan YM ke dia :

"Hayo lagi baca apa ? Nakal Ya..." isi pesanku ke dia

Mbak Fanny langsung membalikkan badannya dan memandang tajam kearahku, aku cuma tersenyum melihat wajah marah bercampur paniknya.

"Gak baca apa-apa. Mau tau aja nih !" jawab dia masih melalui YM
"Gak usah malu mbak, aku juga sering baca kok " jawabku lagi

Dia kembali memandangku dari jauh dengan wajah cemberutnya.
"Mas Budi masih lama pulangnya ya ?" tanyaku lewat YM
"He-eh, aduh jadi malu gara-gara ke
"Mau dibantu gak ?" tanyaku menggoda
"Maksudnya ?" jawab dia
"Ya kan mbak kangen sama mas Budi, siapa tau saya bisa gantiin sementara " jawabku nakal
"Maksudnya ?" tanya dia lagi, aku gak tau dia pura-pura ato bener-bener gak ngerti.
" kan saya laki-laki juga, mungkin bisa bantu mbak kayak yang di website" jawabku tambah nakal

Mbak Fanny menatapku dengan pandangan marah kemudian menjawab "Awas ya, nanti aku aduin ke mas Budi, nanti tau rasa kamu"

Aku cuma tertawa sambil menjawab "He..he..he.. cuma becanda mbak". Aku memang sebenernya cuma mau menggoda dia.

Setelah chat itu, aku gak begitu memperhatikan mbak Fanny karena pekerjaan ku sangat bertumpuk waktu itu. Hingga seminggu kemudian mbak Fanny mengirim pesan YM ke komputerku.

"Yan, lagi sibuk banget ya ?" tanyanya melalui YM
"Iya nih mbak, kan deadline bulan depan" jawabku sekenanya, karena aku memang sedang sibuk mengerjakan tugasku yang bertumpuk.
"mmmmm..." jawabnya gak jelas.

Karena aneh atas jawabannya aku mengirim pesan "Ada apa mbak, apa ada masalah ?"

Agak lama dia mengirim jawaban "Rian, masih inget tawaran kamu waktu itu nggak ?"

Jujur aku lupa sekali apa yang aku tawarkan, karena pikiranku penuh dengan pekerjaanku. "Tawaran yang mana ya mbak, maaf aku lupa" jawabku
"Yang minggu lalu itu loh, katanya mau bantuin aku" jawabnya lagi.


Tapi karena aku bener-bener lupa, dengan polosnya aku jawab "Bantuin apa ya ?"
"Ya udah kalo udah lupa " jawabnya singkat

Aku berfikir keras, aku udah janji apa ya sama dia minggu lalu. Setelah beberapa saat mengingat-ingat, aku terperangah sebentar, karena aku gak duga becandaan aku minggu lalu jadi ditanggepin serius sama dia.


"Wah maaf mbak, yang web site waktu itu ya, beneran nih ?" tanyaku penuh selidik.

Agak lama aku menunggu jawaban sampai dia menjawab "Iya yang itu, mau nggak bantuin aku ?" tanyanya lagi.

Aku tersenyum kecil, mana ada sih cowok yang nolak tawaran kayak gini, apalagi dari mbak fanny yang cantik itu. Aku menjawab "Wah gak usah ditanya mbak, trus gimana ?"

"Sabtu besok dateng ke rumahku ya, agak sore aja. Tapi awas, rahasia ya" jawabnya.
"OK" jawabku yang mengakhiri chat.

Hari sabtu sekitar jam 4 aku sampai ke rumah Mbak Fanny. Rumahnya sepi, aku tidak melihat Ria anak mbak Fanny yang baru berumur 4 tahun.

"Ria kemana mbak ?" tanyaku saat aku sudah duduk disofa ruang tengah rumahnya.
"Aku titipin kerumah neneknya" jawab dia sambil membawa minuman dari dapur. Kemudian dia tersenyum nakal. Aku cuma tertawa kecil melihat tingkahnya.

Hari itu mbak Fanny seksi sekali, dia memakai kaos ketat warna putih dan celana pendek warna krem. Aku gak pernah lihat dia berpakian seperti ini sebelumnya, tapi aku pikir mungkin dia berpakaian begitu karena tau tujuan aku datang kerumahnya sediki berbeda kali ini.

Setelah menaruh minuman di meja, mbak fanny duduk di sofa kecil yang bersebrangan dengan sofa panjang yang aku duduki. Sebenernya aku sedikit kecewa dia pilih duduk disitu, tapi pikiran itu segera sirna karena aku sibuk memperhatikan paha putihnya yang terpampang lebar karena celananya tertarik keatas saat dia duduk. Ditambah dari kaus tipisnya, aku dapat melihat bayangan bra kembang-kembang yang dikenakannya. Penisku terasa mulai menegang karena memandang wanita minim pakaian ini.

Tapi sayang mbak fanny sepertinya canggung. Setiap aku mulai berbicara yang agak menyerempet, dia langsung membelokkan arah pembicaraan ke hal yang lain. Wah gawat nih, pikirku, bisa gagal rencana karena mbak fanny takut duluan.

Hingga satu saat mbak fanny terdiam, sepertinya dia kehabisan kata-kata untuk membicarakan yang lain. Kesempatan itu aku gunakan untuk duduk mendekatinya. Dari sofa yang masih terpisah, aku pegang kedua tangannya sambil aku elus perlahan.

"Mbak.." kataku perlahan. Mbak Fanny cuma memandangku sambil tertunduk, ada sedikit rasa takut terpancar dari wajahnya.

"Mbak..." kataku lagi sambil menariknya untuk duduk disofa panjang bersamaku. Mbak fanny mengikuti tarikan tanganku, masih sambil tertunduk antara takut dan malu.

Mbak fanny duduk di pojok sofa, sedang aku duduk disebelahnya. Perlahan aku cium kedua tangan, mbak fanny masih memandangku sambil menunduk. Aku tahu sebenarnya mbak fanny mau, cuma takut karena ini pertama kali ada laki-laki selain suaminya yang menyentuhnya.

Aku pegang kedua pipinya dan aku angkat agar aku melihat wajahnya. Saat wajah kami saling berhadapan aku melihat wajahnya seperti anak kecil yang sedang ketakutan. Aku cium keningnya untuk menenangkannya. Sepertinya cukup berhasil, wajahnya sedikit menurun ketegangannya. Aku cium keningnya sekali lagi kemudian aku kecup kedua pipinya. Mbak fanny cuma diam sambil menutup mata.

Aku kecup bibirnya sekali, tidak ada reaksi. Aku kecup sekali lagi. Kali ini ada sedikit balasan. Yang ketiga kalinya aku cium bibirnya agak lama. Mbak fanny sudah mulai berani, dia membalas ciumanku yang berangsur liar. Saat aku beranikan memasukkan lidahku kemulutnya, dia menyambut dengan liar, bahkan membalas memasukkan lidahnya bergantian.

Saat ciumanku semakin liar, tak lupa tanganku mulai berkerja. Pertama-tama tanganku memegang pinggangnya yang masih kecang, kemudian dari situ aku elus punggungnya. Setelah itu aku mengelus perutnya, terasa perutnya rata tanpa lemak walaupun dia pernah melahirkan 1 kali. Elusanku aku turunkan ke pinggulnya. Kemudian mengikuti garis celana dalamnya, aku sampai mengelus pantatnya, kemudian aku meremas-remas pantatnya. Mbak fanny cuma melenguh kecil saat aku meremas pantatnya.

Kemudian aku beranikan diri untuk meremas payudaranya, walaupun masih dari luar kaos. Tapi karena kaosnya tipis dan Branya adalah model bra yang tipis tanpa kawat, aku dengan mudah meremas-remas kedua payudara yang sering aku nikmati dari jauh tersebut. Kali ini mbak fanny melenguh agak keras walaupun tidak melepas ciumannku. Aku loloskan tanganku kedalam kaosnya mencoba melepas kait branya dari belakang. Tapi mbak fanny bertindak lebih, dia membuka kaos sekaligus branya.

Melihat dia membuka kaos, aku ikut membuka kaosku. Aku menjaga kondisiku selalu sama dengan dia agar dia percaya. Sambil aku membuka kaos, mbak fanny menata bantal sofa yang ukurannya besar diujung sofa kemudian dia bersandar disitu dengan pasrah. Selesai membuka kaos, aku posisikan tubuhku diantara selangkangannya, dia membuka selangkangannya agak lebar untuk memudahkanku menindihnya.

Aku kembali menciumnya, kali ini sambil meremas-remas payudaranya yang memang masih sangat kenyal itu. Sekali-sekali aku cium pipi dan lehernya. Aku juga kadang-kadang menjilat lehernya hingga membuat dia bergetar beberapa saat.

Ciuman aku turunkan kearah payudara kanannya. Perlahan-lahan aku kecup sekitar payudaranya tapi aku hindarkan pentilnya. Kemudian aku jilat memutar mengecil hingga akhirnya sampai ke pentil. Aku hisap sesaat kemudian aku pindah ke payudara kiri untuk memperlakukan hal yang sama.

Sepertinya mbak fanny tidak sabar, kemudian dia menarik tanganku dan menekan telapakku kearah payudaranya yang bebas. Aku mengerti, kemudian aku remas-remas perlahan payudaranya sambil kadang-kadang memutar-mutar pentilnya.

Serangan aku tingkatkan. Perlahan aku elus-elus paha dalamnya. Mbak fanny kelojotan menerima seranganku. Aku menyusupkan tanganku kedalam celana dalamnya. Langsung terasa olehku lipatan vagina yang diselimuti bulu-bulu halus, sudah sangat basah disana.

Tiba-tiba mbak fanny menarik celananya untuk membuka. Wah buru-buru sekali mbak ini Aku membantu meloloskan celana pendek tersebut. Kemudian aku sendiri membuka celana panjangku. Sekarang kami sudah sama-sama telanjang.

Aku tindih mbak fanny sekali lagi. Rencanaku sih aku ingin mencium bibirnya, kemudian turun ke payudaranya baru kemudian mencium vaginanya. Tapi mbak fanny sudah tidak sabaran. Dia menarik-narik penisku untuk diarahkan ke vaginanya. Hmm.. sepertinya mbak fanny sudah begitu lama menahan birahinya sehingga ingin langsung tusuk saja. Aku turuti kemauannya, aku arahkan penisku ke vaginanya, tapi mbak fanny masih menggenggam penisku seakan tidak sabar agar penisku dimasukkan kevaginanya.

Aku dorong perlahan penisku hingga amblas semua, mbak fanny melenguh agak keras, badannya terasa begitu rileks seakan merasa lega akhirnya yang diidam-idamkannya tercapai juga.

Mbak fanny terdiam sesaat hanya menerima kocokanku yang baru perlahan. Tapi tiba-tiba mbak fanny menjadi sangat liar, tangannya menekan erat pantatku sambil menggoyangkan pinggulnya kekanan-kekiri dengan liar, seakan kocokanku tidak cukup Wah begini deh kalo cewek dianggurin sama suaminya, jadi super liar

Mbak fanny berteriak-teriak keenakan, sambil terus memutar-mutar pinggulnya mengikuti irama kocokan penisku. Tapi tiba-tiba tubuh mbak fanny menegang sambil berteriak kencang. Terasa cairan menyemprot dari dalam vaginanya, dia orgasme hebat.

Kemudian badannya terasa sangat lemas, dia memandangku dengan senyum kecil. Divaginanya terasa sangat basah, aku merasa cairan vaginanya sampai menetes keluar. Aku kocok perlahan karena aku belum apa-apa, tapi sepertinya orgasme mbak fanny begitu hebat sehingga dia tetap tergolek lemas sambil tersenyum kecil seperti diawang-awang. Akhirnya aku hentikan kosokanku dan aku cabut penisku dari vaginanya, karena mbak fanny terlihat semakin lemas dan terlihat menjadi mengantuk.

Akhirnya aku angkat mbak fanny dan aku tidurkan di kamarnya. Aku tidak memakaikan pakaiannya, hanya menyelimutinya, kemudian dia tertidur.

Aku memakai pakaianku kembali dan duduk ditempat tidur menemani mbak Fanny yang tertidur sambil menonton televisi yang memang ada di dalam kamarnya tersebut.

Sekitar jam 7 malam tiba-tiba mbak fanny memelukku dari belakang, kemudian menggelayut di punggungku.

"eh udah bangun mbak ?" tanyaku

Dia cuma mengangguk sambil tetap memelukku erat. "Maaf ya Yan.." katanya manja.

"Maaf kenapa ?" tanyaku, sambil mengelus tangannya yang melingkar ke dadaku.

"Maaf tadi aku langsung tidur, padahal kamu belum apa-apa" kata mbak fanny "Trus kamu gimana ?" tanyanya sambil meraba penisku dari luar celana. "Enggak apa-apa kok mbak" jawabku sambil memutar badanku. Kemudian aku memeluk tubuhnya erat. Entah kenapa aku jadi sayang sekali dengan wanita itu. Aku kecup keningnya sekali kemudian aku peluk erat lagi.

"Mau diterusin sekarang ?" bisik mbak fanny yang masih dalam pelukanku. "Nanti aja mbak" jawabku. "Kita makan malam aja dulu yuk" ajakku. Kemudian mbak fanny berdiri dan memakai bathrobe. "Ayo, aku dah masak tadi siang khusus buat kamu" ajak mbak fanny kearah meja makan.

Selama makan malam kami bercerita panjang. Dari pembicaraan itu aku tahu kalau mbak fanny memang memiliki nafsu seks yang sangat tinggi tapi sayang mas budi jarang pulang. Dia sebenarnya sering tidak tahan, tapi tidak mau menghianati mas budi, tapi saat bertemu aku, mbak fanny menaruh perhatian ke aku, makanya saat aku menawarkan bantuan waktu itu, mbak fanny langsung menanggapinya dengan serius.

Sehabis makan kami menonton televisi. Kami duduk di lantai yang dialasi permadani. Mbak fanny duduk diantara selangkanganku yang kubuka lebar, dia menyandarkan tubuhnya ke dadaku, sambil aku memeluknya dari belakang.

Selama nonton tv, kami seperti pasangan yang sedang dimabuk kasmaran. Mbak fanny bersikap sangat manja kepadaku sedang akupun memanjakannya dengan senang hati. Sambil memeluknya dari belakang, sesekali aku membelai rambutnya dan mencium tengkuknya yang putih bersih. Mbak fanny cuma melenguh pelan sambil sekali-sekali mencium tanganku yang memeluknya.

perlahan aku mulai mengelus-elus payudaranya, mbak fanny mulai duduk dengan gelisah. Apalagi saat aku meremas payudaranya, tubuhnya menegang dan melemas seirama dengan remasanku. Tangan kananku aku selipkan masuk kedalam celana dalamnya. Perlahan aku elus garis vaginanya, terasa perlahan cairan vaginanya mulai membanjir.

Tangan kiriku masuk kedalam bathrobenya langsung meremas payudaranya yang tidak dibaluti bra lagi. Sementara jari tengah tangan kananku mulai menusuk vaginanya, terasa vaginanya berdenyut-denyut hebat.

Mbak fanny tidak sabar kemudian membalikkan badannya, kemudian dia menciumku dengan ganas, sedangkan tangannya menyerbu celanaku berusaha untuk mengeluarkan penisku, Aku buka ikat pinggang dan resletingku sehingga mbak fanny bisa menarik penisku keluar dan mulai mengelus-elusnya.

"Mbak dikamar aja yuk" ajakku. Mbak fanny cuma mengangguk. Kemudian aku menuntun dia menuju kamar tidurnya. Sampai dikamar tidur aku menelentangkannya ditengah tempat tidur, kemudian aku melepaskan bathrobe dan celana dalamnya sehingga dia telanjang bulat. Kemudian aku melepaskan baju dan celanaku sehingga akupu telanjang bulat.

Perlahan aku merangkak diatas tubuhnya untuk memposisikan tubuhku diantara selangkangannya. Kemudian aku mencium bibirnya perlahan. Ciuman aku turunkan kelehernya, sesekali aku jilat lehernya. Ciuman kemudian aku turunkan kembali ke payudaranya. Disitu aku menyedot pentil dan meremas-remas payudaranya. Sesekali pentilnya aku gigit kecil untuk memberinya sensasi.

Ciuman aku turunkan lagi ke perutnya yang rata tersebut. Disitu aku baru sadar ternyata pinggul mbak fanny sangat bagus. Aku cium pinggulnya kemudian paha dalamnya. Aku sengaja melewatkan vaginanya untuk sasaran akhir. Dari pahanya aku cium betisnya sampai aku cium ujung kakinya.

Selanjutnya gerakan aku balik, aku cium betisnya, kemudian aku cium pahanya, selanjutnya, perlahan aku kecup vaginanya. Aku tatap wajah mbak fanny dari antara selangkangannya, wajahnya terlihat tegang menunggu hal selanjutnya yang aku kerjakan.

Kemudian aku kecup vagina itu sekali lagi. Dengan menggunakan jariku, aku sibak bulu jembutnya sehingga vaginannya terlihat jelas, perlahan aku jilat bibir vagina kiri dan kanannya perlahan. Selanjutnya dengan gerakan pasti jilatan aku arahkan ke klitorisnya. Klitorisnya tidak terlalu besar tapi cukup mudah untuk dijilat kemudian aku hisap perlahan.

Pinggul mbak fanny semakin tidak tenang, dia seakan menghindari jilatannku tapi tangganya menekan kepalaku untuk terus menjilati klitorisnya. Cairan vaginanya keluar sangat banyak.

Kemudian aku sejajarkan tubuhku dengan tubuhnya, dia mengerti kalu kau ingin penetrasi ke vaginanya. Tapi aku tunda sebentar, aku cuma menggosok-gosokkan kepala penisku ke bibir vaginanya. Dia meringis seperti protes karena aku berlama-lama, aku cuma membalasnya dengan seyum kecil. Dia mencoba menekan pantatku, tapi aku tahan. Dia menatapku dengan wajah protes, dia terlihat frustasi. Dia mencoba menekannya sekali lagi, tapi tetap aku tahan, dia semakin frustasi. Kemudian aku kecup bibirnya sekali dan aku masukkan penisku sampai mentok. "Kamu jahat sayang.. kamu jahat.." bisik mbak fanny saat aku memeluknya erat setelah memasukkan penisku.

Aku pompa penisku ke vaginanya perlahan, dan mbak fanny meresponnya dengan mengikuti gerakanku. Walaupun sebenarnya ini posisi yang konvensional, tapi entah kenapa terasa begitu nikmat. Mungkin karena aku sudah merasakan benih-benih cinta dan mbak fanny pun begitu sehingga terasa setiap gesekan penisku dan vaginanya seperti menyalurkan energi cinta diantara tubuh kami.

Aku bangkit dan berlutut diantara selangkangannya dengan penisku masih didalam vaginanya. Aku taruh jari tengahku ke mulutnya, dan aku hentikan gerakan penisku. Pertama-tama dia bingung, tapi kemudian dia menghisap perlahan jariku. Saat dia menghisap jariku, gerakan penisku aku selaraskan dengan gerakan hisapannya. Dia tersenyum lebar, mbak fanny mengerti permainan ini, kemudian dia mulai menghisap mengikuti bagian mana dari vaginanya yang ingin ditusuk oleh penisku.

Lama-lama gerakan hisapnya makin cepat sehingga aku makin susah menyelaraskan gerakannya dengan penisku, sepertinya dia sedikit lagi orgasme. Aku tarik jariku dan aku menindihnya dengan gaya konvensional. Perlahan aku pompa vaginanya kadang pelan, kadang cepat. Mbak fanny terlihat makin dekat dengan orgasmenya, badannya makin tegang.

Tak lama tubuh mbak fanny melengkung sambil dia terpekik kecil, vaginanya terasa licin sekali. Aku percepat pompaanku dan akupun menekan penisku dalam-dalam sambil menyemprotkan spermaku ke rahimnya.

Kemudian aku memeluknya sambil membisikkan "Aku cinta kamu mbak". Mbak fanny tersenyum kemudian memelukku erat seperti tidak mau dilepaskan.

Pengalaman Enaknya Bercinta dengan Guru Sekolah


Sutikno yang sudah dipanggil “Tik” sejak hari pertamanya di taman kanak-kanak- berdiri dalam kegelapan lemari. Kakinya terasa kram dan ia fobia pada gelap. Ia tak sabar ingin membuka gerendel pintu lemari itu dan keluar dari dalamnya, tapi ia tahu ia harus menunggu lima menit lagi.

Tik mengintip dari celah-celah pintu. Mengesalkan juga karena celah-celah itu menghadap ke bawah sehingga ia hanya dapat melihat lantai putih lorong sekolah. Suara bel tanda sekolah berakhir sudah berbunyi lama sebelumnya, dan Tik tahu pada saat ini hampir semua murid sudah berada di luar sekolah. Mungkin mereka sedang menunggu jemputan atau berjalan pulang. Beberapa orang yang tertinggal masih berkeliaran di lorong. Salah seorang diantaranya berhenti di depan sel penjara Tik “Semoga kau bisa keluar sebelum waktu makan malam, Tik Gendut Pantat Bau!” kata anak laki-laki itu. Lalu ia menendang pintu lemari, menimbulkan bunyi keras dari logam yang bergema memekakkan telinga. “Jangan menangis, Tik. Aku bisa melihat mata kecilmu yang basah.” Lalu sebuah tendangan lagi.

Tik memejamkan mata, dia tidak menangis, hanya sedikit berkeringat. Menarik nafas, ia menguatkan diri untuk mengabaikan anak bodoh di luar. Biasanya para penggencet akan pergi begitu saja kalau dia tetap diam.

Tik sudah memutuskan untuk menerima nasib sebagai anak yang dipilih anak lain untuk diganggu. Dengan begitu hidupnya terasa jauh lebih mudah. Ketika suasana di lorong betul-betul telah sepi, ia membuka gerendel pintu.

Pintu terbuka, mengayun keras dan menabrak lemari di sebelahnya. Tik melangkah keluar dan meregangkan tangan serta kakinya yang kram. Terkurung dua jam di lemari memang menyiksa, tapi ia tidak mempedulikannya. Ini hari Sabtu dan kedua orang tuanya telah membelikannya komputer baru untuk ulang tahunnya yang keempat belas besok. Liburan sekolah juga sudah di depan mata. Ia merasa betul-betul gembira.

Tik memastikan tidak ada seorangpun yang masih berada disana untuk menyiksanya lagi. Ia membetulkan bajunya yang kusut dan berjalan menyusuri lorong, menuju pintu terdekat yang akan membawanya pada ruangan bu Nurmala. Ia merapat ke sisi lorong ketika melihat bu Indira, guru kimianya, keluar dari ruang guru sambil membawa berkas-berkas di tangannya yang lentik.

“Hmm, Tik, kamu ‘kah itu?” wanita tinggi langsing itu berkata dengan senyum lebar memenuhi wajahnya yang cantik. “Kenapa masih disini? Tidak sabar ingin mendapatkan PR lebih banyak?” jilbab hitamnya yang lebar jatuh sempurna menutupi payudaranya yang besar. Tik tahu ibunya pasti akan berkomentar bahwa bu Indira perlu mengecilkan ukuran buah dadanya. Tapi menurut Tik, bu Indira justru kelihatan keren dengan dada seperti itu.

Bocah itu tertawa singkat, “Tidak, bu. PR dari ibu sudah banyak sekali. Saya sudah beruntung kalau bisa menyelesaikannya hari senin nanti.”

“Hmm,” jawab bu Indira. Ia meraih bahu Tik dengan tangan lentiknya dan menepuk punggungnya pelan. “Kalau begitu, untuk apa kamu masih disini. Jangan bilang kalau kamu mau mencuri.”
Tik menggeleng cepat, “Tidak, tentu saja tidak!”
“Lalu?” bu Indira menuntut penjelasan.

Tik menelan ludah, “Emm, s-saya harus menemui bu Nurmala.”
“Ohh,” bu Indira mengangguk mengerti. “Dia sudah menunggumu di ruang guru.” ucapnya, lalu buru-buru menambahkan. “Kamu terlalu pintar untuk anak tingkat delapan, Tik. Seharusnya kamu dinaikkan satu tingkat lagi.”
“Ehm, terima kasih, bu. Tapi saya tidak mau gangguan pada saya semakin bertambah.” Tik menyahut.
Wajah bu Indira mengerut. “Aku tidak suka dengan yang anak-anak itu lakukan padamu. Jika aku bisa…”

“Saya tahu, bu. Ibu akan memukuli mereka jika bukan karena urusan hukum yang menyebalkan itu ‘kan? Bu Nurmala juga pernah bilang begitu.” jawab Tik.
“Ah, benarkah?” wanita itu kembali tersenyum.

Tik mengangguk. “Karena tidak bisa melakukan itu, bu Nurmala akhirnya cuma bisa menghibur saya dengan cara lain yang ternyata lebih menyenangkan.”

“Apa itu?” bu Indira bertanya penasaran.

“Kenapa kita tidak kesana saja sama-sama agar ibu bisa langsung tahu jawabannya.” sahut Tik sambil menyeringai licik.

Bersama-sama mereka pergi ke ruangan bu Nurmala. Di belakang meja, Tik melihat seorang wanita berjilbab merah yang berumur sekitar empat puluhan. Meskipun sudah tidak muda lagi, tapi badannya masih terlihat sangat terawat dan seksi. Payudaranya tampak membulat indah dan cukup kencang, tidak kalah dengan punya bu Indira yang usianya jauh lebih muda. Kulitnya putih bersih dan wajahnya juga masih tampak cantik.

Bu Nurmala tampak sibuk menulis sesuatu. Tik memberanikan diri mengetuk pintunya. “Maaf, bu, menganggu.” sapanya sopan.
Wanita itu berhenti menulis dan mendongak, menatap Tik. “Hai, Tik. Aku sudah menunggumu dari tadi. Kukira lain kali aku harus turun tangan untuk mengatasi anak-anak nakal itu.”

“Ah, tidak usah, bu. Saya tidak apa-apa kok.” Tik masuk ke ruangan itu, diikuti oleh bu Indira.
“Lho, Indira? Nggak jadi pulang?” tanya bu Nurmala pada guru muda cantik itu.
“Tik mau menunjukkan saya sesuatu,” jawab bu Indira sambil duduk di kursi di depan meja, sedangkan Tik tetap berdiri.
“Tik?” bu Nurmala memandangnya, meminta penjelasan.

“Ehm, anu… Saya ingin mengajaknya bergabung, bu. Itu juga kalau ibu mengijinkan,” sahut Tik lirih, takut Ibu guru yang disayanginya itu marah.
Di luar dugaan, bu Nurmala malah tersenyum, “Pede sekali kamu? Yakin nanti kuat?”

“Ehm, lihat saja nanti.” ucap Tik sambil memainkan ujung sepatunya.
“Sama aku aja kamu sering kewalahan, ini malah minta bertiga. Bu Indira itu masih muda lho.” wanita itu tertawa.
Tik tidak menjawab, hanya ikut tertawa ringan.

“Tapi masalahnya, bu Indiranya mau nggak?” tanya bu Nurmala lagi.
“Ehm, sepertinya sih begitu.” Tik melirik guru muda yang ada di sebelahnya.
Bu Indira yang tidak tahu maksud pembicaraan mereka tampak agak sedikit bingung. “Apaan sih?” tanyanya penasaran.

“Tik, bisa keluar sebentar.” kata bu Nurmala. “Aku ingin bicara berdua dengan bu Indira.”
Tik bergegas keluar. Cukup lama dia menunggu hingga bu Nurmala memanggilnya, menyuruhnya untuk masuk kembali. “Ini hari keberuntunganmu, Tik.” kata perempuan cantik itu.
“Kenapa tidak bilang dari dulu, Tik?” tambah bu Indira, mereka tersenyum mendekati Tik.

Tik ikut tersenyum, dan sama sekali tidak menolak saat bu Indira memeluk dan mencium bibirnya. Bu Nurmala segera menutup pintu dan menguncinya dari dalam. Dia lalu berbalik dan memeluk Tik dari belakang. “Aku dah kangen sama inimu…” bisiknya sambil mengelus penis Tik yang sudah mulai ngaceng berat.

Tanpa basa-basi, mereka saling berciuman. Tik awalnya agak canggung melayani dua bibir yang begitu kelaparan itu, tapi begitu sudah mendapatkan ritmenya, ia dengan penuh nafsu melumat dan menghisapnya secara bergantian. Terutama milik bu Indira, bibir tipis perempuan cantik itu terasa hangat dan begitu lembut di dalam mulutnya. Bu Indira juga begitu pandai memainkan lidah, sesuai dengan kesehariannya yang cerewet dan ceplas-ceplos.

Bu Nurmala hanya tersenyum menyaksikan semua itu, ia kemudian menarik tangan Tik, mengajaknya duduk di sofa. Bocah itu ia letakkan di tengah, sementara dia dan bu Indira mengapitnya di kiri dan kanan.

Bu Nurmala mengenakan terusan panjang berwarna biru dengan hiasan bunga warna emas di dadanya yang bulat. Meski tertutup jilbab lebar, lekuk tubuhnya yang tidak terlampau tinggi membayang jelas dari balik busana yang ia kenakan. Buah dadanya tampak begitu besar, kontras dengan tubuh mungilnya yang imut-imut.

Sedangkan bu Indira memakai kemeja lengan panjang warna pink polos, menambah kesegaran kulitnya yang putih mulus. Rok yang dikenakannya adalah rok panjang agak longgar berwarna putih, ketika dia duduk -sekalipun rok itu panjang- bu Indira seperti sengaja sedikit menyingkapkannya sehingga betis jenjangnya yang putih mulus tanpa cacat tampak mengintip malu-malu dari bagian bawahnya. Sungguh sangat menggairahkan sekali.

Tik tanpa membuang waktu segera memeluk keduanya. Ia daratkan ciuman lembut ke bibir bu Nurmala dan bu Indira secara bergantian. Keduanya membalas dengan nikmat dan penuh nafsu hingga untuk beberapa lama mereka terus saling melumat dan berciuman.
Bu Nurmala melepaskan ciumannya saat Tik meremas buah dadanya pelan, “Layani bu Indira, Tik. Dia tadi begitu penasaran saat kuceritakan betapa kuatnya dirimu.” Bu Nurmala berkata dengan nada menggoda.

“Ihh… bu Nurmala bisa aja.” Bu Indira membalas candaan bu Nurmala dengan tak kalah genitnya.
Begitulah keduanya, terkenal ramah dan suka bercanda di sekolah. Banyak murid yang menyukainya. Begitu juga dengan rekan sesama guru, meski dengan alasan yang sedikit berbeda.

Tik segera menghadap ke kiri. Bu Indira sama sekali tidak menolak ketika ia memeluknya. Malah wanita itu membalas dengan melingkarkan lengannya ke leher Tik. Si bocah mengecup lembut keningnya yang putih, sambil semakin mempererat pelukannya. Bau parfum bu Indira yang harum dan lembut segera memenuhi rongga hidungnya.

“Tik… seperti kata bu Nurmala tadi, kalau tubuhku ini memang bisa menghiburmu, lakukanlah apa saja. Ibu ikhlas, asal kamu juga bisa memuaskan ibu.” bisik bu Indira kalem.
“Ah, i-iya, bu. Saya pasti akan memuaskan ibu, seperti yang biasa saya lakukan pada bu Nurmala.” sahut Tik sambil melirik bu Nurmala yang tersenyum di sampingnya.
“Heh, sombong banget kamu!” timpal bu Nurmala. “Tapi, emang bener sih,” tambahnya sambil tertawa.

Mereka tertawa berbarengan, lalu dengan sangat lembut Tik mendaratkan bibir ke atas bibir bu Indira yang tipis dan mungil. Perlahan ia rapatkan sambil sedikit menghisapnya. Bu Indira membalasnya dengan lembut dan balik menghisap bibir tebal Tik.

“Ehm, bu…” melenguh keenakan, lidah Tik mulai bergerak menelusuri mulut bu Indira yang sedikit terbuka. Wanita itu menerimanya dengan pasrah, ia biarkan lidah Tik menggelitik giginya yang rapi dan putih dengan begitu leluasa. Bahkan saat Tik menghisap lidah dan sedikit melumat dengan mulutnya, ia juga tidak menolak. Begitu panas dan nikmatnya ciuman itu hingga untuk beberapa saat mereka seperti melupakan kehadiran bu Nurmala yang masih setia menonton sambil berkeringat dingin.

“Hah, hah,” perlahan bu Indira melepaskan bibirnya dari pagutan bibir Tik saat dia merasa sedikit kesulitan untuk bernafas. Dilihatnya kepala Tik yang terkulai manja di atas bulatan dadanya. Tangan mereka masih saling berangkulan erat.

Tik tak tahan untuk tidak melakukan apa-apa dalam waktu lama, apalagi bisa dirasakannya tubuh bu Indira yang sintal terasa begitu menggoda di dalam dekapannya. Maka dengan cepat tangannya menyelip ke balik kemeja perempuan cantik itu dan segera menyusup di antara BH dan buah dada bu Indira yang bulat padat. Tik mengelus-elus putingnya yang terasa mengganjal kaku dengan ujung jari sambil tak lupa mulai meremas dan memijit bulatannya secara perlahan-lahan.
Tubuh mulus bu Indira sedikit bergetar mendapat rangsangan seperti itu. “Ehm, Tik!” rintihnya dengan tubuh menekuk ke depan.


Bu Nurmala yang dari tadi cuma jadi penonton, rupanya mulai tak tahan. Pelan ia tarik tangan kiri Tik yang menganggur dan dijulurkannya sepanjang mungkin sehingga bisa menjangkau pangkal kemaluannya. Dari luar baju kurung, ia meminta agar mengusap-usapnya. Sambil terus meraba buah dada bu Indira, Tik pun melakukannya. Kedua tangannya lekas berkreasi, satu menggesek pelan celah selangkangan bu Nurmala, satunya lagi tetap asyik meremas dan memenceti payudara bu Indira yang bulat besar. Kedua ibu guru cantik yang haus akan sentuhan laki-laki berusaha ia puaskan dalam waktu hampir bersamaan.

“Auh, Tik…” bu Nurmala melenguh saat Tik dengan susah payah menyingkap baju panjangnya ke pinggang, lalu dengan jari-jemarinya yang terampil, mulai memelorotkan celana dalamnya hingga terlepas. Ia menarik nafas cepat saat benda mungil berwarna hijua lumut itu tergeletak di lantai dekat kaki Tik.

Sekarang dia sudah setengah telanjang, begitu juga dengan bu Indira. Kalau dia di bagian bawah, bu Indira sebaliknya. Kancing kemejanya sudah terbuka lebar, menampakkan gundukan payudaranya yang masih terbalut beha putih tipis. Nampak beha itu hampir tidak bisa memuat payudara bu Indira yang bulat besar. Dengan cekatan jari-jari Tik membuka kaitan behanya, membebaskan payudara bu Indira hingga benda itu bisa menyembul dan bernafas lega.
“Wow, besar sekali, bu.” kagum Tik dengan mata melotot tanpa berkedip.
“Hehe, baru tahu ya,” sahut bu Indira, ia menyingkap jilbabnya ke belakang agar Tik bisa semakin leluasa memandangi tonjolan buah dadanya.

Dengan air liur yang hampir menetes, Tik segera mendekatkan mulutnya ke puting kanan bu Indira dan mulai menjilatinya pelan. “Ahh, Tik…” ibu guru muda itu menerimanya dengan mendesah penuh nikmat.

Sementara itu, dengan bibir menjejahi gundukan payudara bu Indira, jari tangan kiri Tik masih lincah menusuk-nusuk kewanitaan bu Nurmala yang sudah mulai basah berlendir. Dengan ujung jari tengah, ia usap klitoris perempuan cantik itu dan menggosoknya pelan ke atas dan ke bawah hingga membuat bu Nurmala semakin menggelinjang nikmat. “Aah, Tik… geli!” desahnya.

Sambil terus menggesek klitoris bu Nurmala yang sudah tegak berdiri, Tik sedikit membungkukkan badan sehingga mulutnya bisa mengulum puting bu Indira yang sebelah lagi. Ia menghisapnya lambat-lambat sambil menjilati ujungnya dengan lidah. Bisa dirasakannya badan ramping bu Indira yang mulai kaku, seluruh ototnya menegang, sementara rintihan dan lenguhannya semakin terdengar kencang.

“Jangan keras-keras, bu. Nanti didengar orang.” Bu Nurmala mengingatkan.
Bu Indira segera menutup mulutnya dengan tangan. “I-iya, maaf. Tik sih, kulumannya begitu nikmat.” bisiknya pelan.

Tik tersenyum mendengarnya. Ia berpandangan dengan bu Nurmala dan tersenyum puas karena bisa memberi kenikmatan kepada bu Indira di pertemuan pertama mereka. Bu Nurmala kemudian merapat, kepalanya disandarkan di buah dada bu Indira yang tampak mengkilat, basah oleh air liur Tik. Dia memandang Tik dengan lembut, bibirnya sedikit terbuka. Tersenyum, Tik pun mendekatkan kepala dan mencium bibir perempuan setengah baya yang masih tampak cantik itu. Sebuah ciuman untuk merayakan keberhasilan mereka dalam menjerat bu Indira sehingga bisa ikut dalam permainan tabu ini.

“Ngomong-ngomong, sudah sejak kapan kalian melakukan ini?” tanya bu Indira sambil mengelus puncak kepala Tik lembut.
“Emm… kapan ya?” Tik mencoba mengingat-ingat.
“Sudah lama pokoknya, lebih dari dua bulan.” sahut bu Nurmala.
“Bagaimana bisa terjadi?” tanya bu Indira penasaran. 
“Sebenarnya ini nggak sengaja. Tik memergokiku yang sedang masturbasi di kamar mandi guru, dia saat itu habis dipanggil kepala sekolah setelah menang lomba matematika. Daripada dia cerita ke murid lain, terpaksa kubungkam mulutnya dengan tubuhku. Benar ‘kan, Tik?” jelas bu Nurmala.
Tik mengangguk mengiyakan.

“Bu Nurmala aneh-aneh sih, masturbasi kok di sekolah. Emang dah nggak tahan banget ya?” goda bu Indira.
“Haha, habisnya… sudah 1 minggu suamiku tugas keluar, daripada kegatelan, mending kugaruk aja punyaku.” terang bu Nurmala.
“Akibatnya, jadi dipergoki sama Tik.” kata bu Indira.
“Yang mana itu sama sekali tidak kusesali.” sahut bu Nurmala.
“Maksud ibu?” tanya bu Indira tak mengerti.
“Sekarang, kalau suamiku dinas ke luar kota, aku sudah nggak bingung lagi. Sudah ada Tik yang menemaniku.” jawab bu Nurmala sambil mencium mesra bibir Tik.
Tik tersenyum, senang dipuji seperti itu. 

“Aku juga mau donk, suamiku kan juga sering pergi.” kata bu Indira.
“Coba aja. Aku jamin, kamu pasti puas.” Bu Nurmala memberi garansi. “Lagipula, dengan begini, kita juga bisa menghibur Tik yang suka di-bully sama anak-anak lain.”

Bu Indira memandangi Tik yang masih bersandar di puncak buah dadanya. ”Betapa beruntungnya kamu, Tik. Bisa merasakan tubuh kita berdua.” katanya sambil tersenyum.

Tik ikut tersenyum, dan tanpa berkata apa-apa, memperhatikan saat kedua gurunya itu mulai mencopoti baju masing-masing. Bu Nurmala yang ada di sebelah kirinya, baju panjangnya sudah terbuka lebar, mempertontonkan buah dadanya yang meski tidak sebesar milik bu Indira, tapi terlihat sangat serasi dengan tubuh bugilnya yang mungil. Putingnya yang berwarna coklat kemerahan tampak mencuat di puncaknya yang mulus. Lingkaran gelap aerola-nya yang sebesar koin seratusan rupiah makin menambah indahnya payudara bulat itu.

Sementara bu Indira, kini sudah menyingkap rok panjangnya ke atas hingga ke pinggang. Tik bisa melihat tubuh rampingnya yang begitu molek dan mulus. Tak henti-hentinya ia mengagumi tubuh guru kimia-nya itu. Pinggang bu Indira begitu kecil dan ramping karena memang belum pernah melahirkan, ia baru saja menikah beberapa bulan yang lalu. Lebih ke bawah lagi, tampak kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu pendek saat bu Indira melepas celana dalamnya. Bukitnya tampak begitu ranum dan menggairahkan, diapit oleh sepasang paha yang mulus dan langsing, sungguh sangat mengundang birahi. Berani sumpah, Tik belum pernah melihat secara langsung tubuh yang begini indah dan menggairahkan.

“Wow…” ia berseru dalam hati, di hadapannya kini terpampang dua orang wanita cantik dan mulus dengan paha yang menganga lebar memperlihatkan alat kewanitaan masing-masing. Bu Indira dengan belahan kemaluannya begitu kecil, juga klitoris yang berwarna pink menyala, sedikit menyembul seakan mengundang Tik untuk segera menikmatinya. Sedangkan milik bu Nurmala, tampak tumbuh berlapis-lapis. Warnanya begitu terang, coklat sangat muda. Meski sudah sering melihat dan menikmatinya, tak urung Tik tak tahan juga dibuatnya.

Tanpa basa-basi ia segera mencium seluruh selangkangan bu Nurmala. Bau wangi yang khas segera menyambut lubang hidungnya. Perlahan ia menjulurkan lidah dan mulai menjilatinya naik turun. Pantat bu Nurmala sedikit gemetar menahan gejolak kenikmatan akibat perbuatan itu.

“Ooh… ohh… shh…” desahannya seakan sorakan penyemangat di telinga Tik, membuat si bocah terus menjepit dan menggigit klitoris bu Nurmala dengan kedua bibirnya. Sekarang paha bu Nurmala ikut bergetar karena rangsangan nafsu. Gairahnya semakin menyala. Apalagi saat lidah Tik mulai menyapu lorong kewanitaannya, pahanya terbuka semakin lebar dan pantatnya sedikit terangkat, membuat vaginanya yang menganga lebar semakin terjangkau oleh lidah Tik.

“Ooh… yah, begitu… Tik! Ooh… iyah!” desah bu Nurmala serak, terdengar semakin keras.
“Aah… ahh!” erangan bu Indira menimpali. Ternyata, sambil mengoral vagina bu Nurmala, Tik juga menusukkan tangannya untuk mengocok-ngocok kemaluan bu Indira. Jadilah kedua guru yang di luar kelihatan alim itu, merintih bersahut-sahutan oleh rangsangan nakal Tik.

“Ahh… s-sudah, Tik. Aku nggak tahan.” kata bu Nurmala dengan tubuh mulai bergetar pelan. Tik yang sudah hafal dengan reaksi itu, segera menggerakkan lidahnya semakin cepat. Ia tusukkan lidahnya dalam-dalam ke liang sanggama bu Nurmala yang masih terasa sempit meski sudah melahirkan tiga orang anak. Ia cucup klitorisnya yang sudah sangat keras dengan kedua bibirnya hingga tubuh bu Nurmala menggelinjang liar. Tangannya mencengkeram kepala Tik, memintanya agar menghisap lebih kuat lagi. Dan akhirnya…

“Aah… ahh… ibu sampai, Tik… ssh… ahh!!” teriak bu Nurmala dengan paha mengatup erat, menjepit kepala Tik yang masih berada disana. Pantatnya terangkat tinggi-tinggi, sementara otot vaginanya menjadi sedikit kaku. Dari dalam liang kemaluannya, menyembur cairan bening yang banyak sekali, menyiram lidah dan mulut Tik hingga jadi terasa lengket.

“Aaah… Tik!” bu Nurmala sudah mencapai puncak kenikmatannya. Untuk beberapa saat tubuhnya kaku tak bergerak. Pahanya masih menjepit kuat kepala Tik sehingga bocah itu terperangkap di celah selangkangannya. saat otot-otot vaginanya mulai mengendur, barulah ia melepaskannya.
“Hah, hah, hh,” Tik segera menarik nafas. Dengan bu Nurmala yang sudah mencapai puncak, ia segera mengalihkan perhatian pada bu Indira yang masih setia menunggu. 

“Sekarang giliran ibu,” kata Tik dengan mulut masih belepotan lendir kenikmatan bu Nurmala.
“Lakukan, Tik. Cepat! Aku juga nggak tahan.” sambut bu Indira dengan paha terbuka lebar.
Tik segera menusukkan lidah ke lubang vagina perempuan cantik itu. Tangannya yang tadi mengusap-usap klitoris bu Indira, ia sisipkan ke bawah. Sekalipun tubuh bu Indira kurus dan ramping, tapi pantatnya ternyata cukup padat berisi. Tik segera memijit dan meremas-remasnya penuh nafsu sambil mulut dan lidahnya terus bergerak liar.

“Ohh… iya, Tik… ooh… shh!” desah bu Indira penuh birahi. Pantatnya yang bulat sudah mulai bergoyang menikmati permainan lidah Tik di liang senggamanya. Semakin lama, semakin kuat goyangan pantat itu. Dengan susah payah Tik harus mengikuti agar lidahnya tidak terlepas dari selangkangan bu Indira.

“Ohh… Tik, aku nggak tahan… aah!!” Paha bu Indira sudah mengangkang maksimal. Dia mengangkat pantatnya tinggi-tinggi, bahkan sampai berjinjit dengan ujung jari saat Tik mencucup klitorisnya kuat-kuat. Punggungnya sudah tidak menyentuh sandaran sofa, dengan dinding vagina bergerak berkedut-kedut naik turun tak terkendali.

“Ohhh… Tik!” dengan jeritan terakhir, bu Indira menyemburkan cairan kenikmatannya. Tubuh montoknya sedikit bergetar saat cairan itu meleleh keluar dari liang vaginanya.
“Hamp!” Tik segera menampung dan menyapunya dengan lidah. Cukup banyak cairan yang keluar, tapi semuanya ia telan, sampai akhirnya bu Indira berhenti mengejang dan mulai menurunkan pantatnya. Namun nafas perempuan itu masih sedikit memburu.
“Ooh… nikmat sekali, Tik… aku puas. Suamiku bahkan tidak pernah berbuat seperti itu!” puji bu Indira.

Tik beringsut dan lalu berbaring telentang diantara kedua ibu gurunya, bu Nurmala di sebelah kanan, sedangkan bu Indira di sebelah kiri. Mereka memeluk dan tanpa henti menghujani wajah bulat Tik dengan ciuman. Beberapa saat mereka saling bercumbu, atau lebih tepatnya, bu Indira dan bu Nurmala yang mencumbui Tik. Tik sendiri hanya telentang pasrah sambil menikmati rasanya jadi raja, dilayani oleh dua wanita yang begitu cantik dan seksi, yang meski beda umur mereka begitu jauh, tapi tidak mengurangi hasrat dan birahinya.

“Ini dilepas donk,” tangan bu Nurmala yang nakal mulai menggerayangi perut Tik. Dengan sekali sentakan lembut, celana yang membelit tubuh bagian bawahnya terbuka, melorot ke bawah. Penis Tik yang sudah sedari tadi mengacung tegak, langsung menyembul berdiri.

Perhatian bu Nurmala dan bu Indira segera tersedot kesana. Tangan keduanya saling berlomba untuk menggerayangi dan mengusap-usap penis itu. Namun bu Nurmala yang menang. Ia lekas beringsut dan berjongkok di dekat kaki Tik. Bibirnya yang tebal sensual mulai menciumi batang penis bocah itu. Saat Tik asyik berciuman dengan bu Indira, bu Nurmala segera memasukkan kepala penis itu ke dalam mulutnya yang hangat dan mulai mengulumnya mesra. Lidahnya yang basah dengan pintar menggelitik batang kejantanan Tik yang terasa semakin menegang di dalam mulutnya. 

Bu Indira yang melirik ke bawah memperhatikan apa yang dilakukan oleh bu Nurmala, dari raut mukanya, terlihat kalau dia mulai tertarik juga. Dan benar saja, beberapa saat kemudian, bu Indira melepaskan ciumannya dan ikut jongkok di dekat kaki Tik, bersebelahan dengan bu Nurmala. Kini bergantian mereka mencium dan mengulum penis panjang Tik.

“Ahh…” Tik melenguh keenakan diperlakukan seperti itu. Dengan mata tertutup ia mengelus lembut kepala kedua ibu gurunya yang cantik itu; yang kiri untuk bu Nurmala dan yang kanan jatah bu Indira. Kedua-duanya masih tertutup jilbab lebar sedada.

“Ohh…” tubuh Tik seakan terangkat ke kayangan, rasanya sungguh sangat nikmat. Cara bu Indira mengoral sungguh halus, tidak seperti bu Nurmala yang agak sedikit binal. Bu Indira menggerakkan bibirnya dengan sangat lembut, kadang penis Tik disedotnya pelan, diselingi jilatan lidah di sekitar leher penis. Tik sangat suka dengan apa yang dilakukan oleh perempuan cantik itu. “Ooh… terus, bu… yah, nikmat sekali… ooh!” membuatnya jadi mulai mengerang penuh kenikmatan.
Bu Nurmala yang melihat tubuh Tik mulai gemetar, cepat menghentikan aksi bu Indira. “Stop dulu, bu. Nanti dia bisa keluar duluan.” peringatnya.

“Hah,” Bu Indira segera menarik mulutnya. Dengan terengah-engah ia memperhatikan Tik yang wajahnya merah padam karena menahan ejakulasi. Seluruh bulu di tubuh bocah itu berdiri meremang.

Tik yang merasa gairahnya diputus di tengah jalan, perlahan membuka matanya dan melirik ke bawah. Ditariknya tubuh mulus kedua ibu gurunya yang cantik itu dan dipeluknya dengan mesra. Masing-masing ia hadiahi kecupan hangat di bibir. Dengan manja bu Nurmala dan bu Indira menyandarkan kepala ke dada Tik, membiarkan payudara mereka yang besar menghimpit ketat ke lengan si bocah.

“Sekarang kita lihat, kuat nggak kamu melayani kita berdua.” kata bu Nurmala sambil tangannya menggerayangi selangkangan Tik. Penis Tik yang masih tegak mengacung dibelainya pelan. Jari-jarinya yang lentik dan mungil mempermainkan penis Tik dengan begitu lembut. Telaten dipijit-pijitnya kepala penis Tik, lalu dengan halus dibelitnya batang kejantanan Tik dengan jari telunjuknya.

Adik kecil Tik langsung bereaksi, perlahan benda coklat panjang itu mendongak dan mengangguk-angguk. Bu Indira yang melihatnya tersenyum gembira. Lekas dia berbaring dan membimbing Tik agar menaiki tubuh sintalnya. Bu Nurmala mengangguk memberi ijin. Maka, sambil membungkuk, Tik pun mengarahkan kepala penisnya yang masih tampak mengkilat ke lubang kenikmatan bu Indira yang terlihat sangat mengundang.
“Aku masukkan, bu.” kata Tik. Perlahan ia menusukkan batang kelelakiannya menembus gua vagina sang ibu guru.

“Ahh…” Tubuh bu Indira sedikit bergetar menyambut penis Tik yang memasuki tubuhnya. Perlahan seluruh batang penis bocah itu terbenam ke dalam liang vaginanya. Selanjutnya dengan perlahan Tik mulai memompa pantatnya maju mundur secara berirama. Bu Indira mengimbangi dengan menggoyang pantatnya memutar tak beraturan. Gerakannya semakin lama semakin cepat dan kuat. Tangannya memegangi pinggul Tik sehingga Tik semakin leluasa menyodokkan batang penisnya.

“Aaah…” Tik merasakan vagina bu Indira mengetat kencang, mencekik batang penisnya, lalu disusul oleh semburan cairan hangat yang banyak sekali. Rupanya perempuan cantik itu sudah mencapai orgasmenya. Bukannya berhenti, Tik malah semakin dalam menghujamkan batang penisnya, hingga semakin banyak cairan bu Indira yang meleleh keluar.

“Hah, hah, hah,” dengan tubuh lemas namun puas, bu Indira terdiam bagai patung. Hanya nafasnya yang terdengar tersengal-sengal. Senyum manis tersungging di bibirnya yang tipis. “Ah, k-kamu hebat, Tik.” pujinya tulus.

Perlahan Tik mencabut penisnya. Bu Nurmala yang sudah menunggu giliran, lekas mempersiapkan diri. “Sekarang giliranku,” katanya sambil merangkak dengan posisi pantat mengarah ke selangkangan Tik.

Tik membelai sebentar pantat bulat bu Nurmala sebelum ia arahkan senapannya yang masih terisi penuh ke lubang kenikmatan perempuan setengah baya itu dari arah belakang. Inilah posisi favorit bu Nurmala; doggie style. Dengan lembut Tik menusukkan kepala penisnya sambil menekan perlahan sampai seluruh batang kelelakiannya amblas ditelan gua surga bu Nurmala.

Meski tidak sesempit milik bu Indira , namun Tik terlihat sangat menikmatinya. Bagaimanapun, inilah vagina pertama yang ia rasakan selama ia tumbuh dewasa. Dengan sangat perlahan Tik mulai memompa pantatnya maju mundur dengan teratur.

Bu Nurmala sepertinya juga sangat menikmati. Terbukti dari kepalanya yang terangguk-angguk sambil mulutnya mendesis mengeluarkan berbagai macam rintihan, “Ahh… terus, Tik. Tusuk yang dalam! Ahh… yah, begitu! Terus! Oughh…”

Tik semakin kuat menggoyangkan pantat. Tangannya dengan terampil terulur ke depan untuk meremas-remas payudara bu Nurmala yang menggantung indah di depan dadanya. Ia memilin dan memelintir-lintir putingnya yang mungil begitu gemas, membuat benda bulat kemerahan itu jadi makin menegak dan mengacung ke depan. Sementara pantatnya semakin ia rapatkan, membuat batang penisnya jadi menusuk semakin dalam.

Tubuh bu Nurmala jadi kaku tak bergerak, rupanya serangan Tik yang beruntun membuatnya menyerah begitu cepat. “Aah… Tik, aku keluar! arghh…” jeritnya dengan tubuh terkapar KO di lantai. Dari dalam liang kemaluannya, merembes cairan kenikmatan yang sangat banyak, membasahi paha dan baju kurungnya. Dinding vaginanya terasa berdenyut-denyut, memeras batang penis Tik yang masih tertancap erat di dalam sana.

“Ooh… ooh…” Tik yang juga sudah tak tahan, ikut menyusul tak lama kemudian. Badannya gemetar hebat, sementara tangannya meremas bulatan payudara bu Nurmala kuat-kuat saat spermanya menyembur keluar, bercampur dengan cairan hangat dari vagina sang ibu guru. 

“Shh… hah, hah,” Seluruh tubuh Tik masih merinding ketika bu Nurmala setengah memaksa memundurkan selangkangannya sehingga penis Tik tercabut dari jepitan liang vaginanya. Bertiga mereka berbaring kelelahan. Tik menciumi keduanya ibu gurunya secara bergantian, hangat dan mesra.

“Gimana, penis Tik enak ‘kan?” tanya bu Nurmala pada bu Indira.
“Iya, bu… beneran enak.” Bu Indira lalu berpaling pada Tik, “Kamu belajar dimana sih, pinter banget nyenengin cewek. Siapapun yang jadi istrimu nanti, pasti akan bahagia. Bukan saja kamu pintar, tapi juga perkasa di atas ranjang.”

“Ah, ibu bisa aja.” sahut Tik dengan muka bersemu merah.
Mereka masih saling berbincang dan sesekali saling berciuman. Tik sungguh beruntung bisa mendapatkan dua orang guru yang menjadi idola di sekolah. Meski sehari-hari ia murid yang tidak populer, bahkan sering jadi sasaran bully, tapi nyatanya ia lebih beruntung daripada mereka semua.


Pengalaman Pertama menyerahkan keperjakaan kepada mantan adik kelas

Arti Kehidupan - Perkenalkan nama gua Denda (bukan nama sebenarnya), gua dibesarkan di keluarga yang masih sangat kolot, gua anak kedua dari dua bersaudara (kakak gua udah kawin). Cerita ini berawal saat gua baru selese kuliah (kurang lebih 1 tahun yang lalu), TTM gua namanya Felis (bukan nama sebenarnya) yang udah gua kenal sejak di bangku kuliah, sekitar semester 5, tapi gua lost contact ama doi karna doi sering gonta ganti nomor hp, sekedar informasi doi punya tubuh yang chubby. Sampe akhirnya setelah 1 tahun lebih lost contact doi kontak gua.

"hi ko..", isi pesan singkat yang gua terima di hp sonny ericson butut gua.
"siapa ni??" jawabku.
"ini Felis ko,,, lupa yah?? hehe.." balasnya.
"ohh... dd.... kenapa???" jawabku agak ketus, karena sibuk dengan kerjaan.
"gpp,, cuman kangen aja ama koko.." balasnya lagi..
Singkat cerita kita mulai sering sms-an baik siang maupun malam, bahkan sering telponan sampe subuh, walaupun gak ada bahan pembicaraan. Hingga suatu malam gua iseng nanya sesuatu yang "intim"..

"dek, wa boleh tanya gak?? tapi jangan marah yha??"
"mw tanya apa ko?? dd gak bakal marah koq... :D" balasnya.
"hmmm,,, ukuran BH dd berapa sich??" tanyaku nakal.
"hah??!! knapa koko tanya itu?? nakal banget sich!!!!" balasnya agak kesal, yah maklum aja... 
Cewe mana yang gak kesal ato marah langsung ditanyain hal yang sensitif gitu langsung.. hehehe...
"gpp sich kalo gak mw kasih tau, koko cuman pengen tau aja, penasaran sich.. hehe.. tapi jangan marah yah??" jawabku agak panik..

"hemm... emang kalo koko tau, koko mau ngapain??" jawabnya lagi.
"gak ngapa-ngapain sich, cuman mau nambah ilmu pengetahuan aja.. hehe.." balasku.
"36C :( tp jangan mikir buat yang macam-macam yah?!! dd uda kecewa..." balasnya lagi.. waktu itu gua terkejut karna doi langsung ngejawab, padahal awalnya nolak kasih tau.. "wahh... mulai bisa lebih neh" pikir gua dalam hati.

"kecewa sama siapa dd?? sama koko??"
"bukan sama koko, tapi sama mantan dd..."
"emangnya ada apa dengan mantan dd??" tanyaku mulai interogasi.
"yahh... gitu dehh...."
"hemm... dd pernah masturbasi??"
"masturbasi apaan ko??” tanyanya polos.
“onani….”
“ohhh… pernah koq….”
“woqhh… sering???”
“gak sich… cuman kalo lagi phonesex aja ama mantan dd…”
“terus??? Sampe di masukin ke dalam??”
“yah nggak sich, cuman elus-elus aja clit dd,, kadang di tusuk juga.. tapi gak sampe nembus…” jawabnya..
Mendengar jawabannya gua seperti disambar geledek… gila juga nih anak pikirku.. lalu gua lanjut lagi interogasi doi..
berarti.. dd masih perawan dong???”
“kalo dd jawab nggak.. koko bakal gmana?? Trus kalo dd jawab masih ,, koko gimana juga??”
“yah… mang mau gimana?? hehe…”
“dd udah gak perawan lagi ko…”

“wahhh…. Koq bisa????” kaget gua gan waktu doi jawab kek gitu,
“jebol karna kebablasan waktu masukin jari??” tanyaku padanya.
“bukan… dd dijebolin pake penis…”
“sapa yang jebolin??” tanyaku lebih lanjut..
“mantan pacar dd...”
“loh?? Koq bisa??? Kan pacar dd jauh di kota S..”
“kemaren waktu imlek dia datang, terus ketemuan ama dd…”
“terus???” gua makin penasaran ama ceritanya…
“terus dia ajak dd buat ML, awalnya dd gak mau, tapi dia paksa dd. Akhirnya dd nyerah juga, soalnya dd pikir dia tulus ama dd…” jawabnya.

“ohh.. dd ML di hotel tempat dia tinggal??”
“nggak ko, di rumah dd… di dalam kamar dd…” jawabnya, gila juga neh pacarnya, nekat banget , di rumah. Kalo ketahuan bijimaneee??? “tapi dd bingung, dd masih perawan, tapi gak ada darah yang keluar waktu perawan dd tembus.. cuman ngerasain sakit aja,, itu juga cuman bentar aja…”
“terus??? Dia keluarin dimana?? Terus,, dd keluar juga gak???”
“keluarin di dalam,, tapi dd gak puas,, baru masuk udah keluar.. gak berasa banget.. beda ama yang diceritain ama teman-teman dd di sekolah.”


Setelah sms malam tersebut gua makin berani ama doi, bukan karna doi udah gak perawan ato gimana, tapi gua ngerasa udah di bukain lampu ijo untuk lebih dekat lagi.. hehe… Keesokan harinya gua telpon doi untuk ketemuan subuh hari untuk ketemuan dan berencana untuk lari pagi ama doi, and doi pun setuju. Tapi sialnya gua musti ngantar nyokap gua dulu untuk ke pasar, akhirnya setelah drop nyokap gua di pasar, gua langsung ke rumah doi. Sesampainya di depan rumah doi, gua telpon doi bilang kalo gua udah di luar. Ketika pintu rumahnya di buka, si otong tiba-tiba pengen ngelunjak keluar dari sangkar karna meliat sesosok wanita dengan gaun tidur tipis sebatas paha. Gua sampe nelen ludah liatnya… Montok banget si doi…..

“mau minum susu gak ko??” tegurnya membangunkan gua dari dunia khayal gua.
“nggak ahh… susu itu gak seger… maunya susu yang itu..” jawab gua sambil nunjukin payudaranya yang katanya 36C.. 
“ihh… koko nakal…” jawabnya genit. “gimana nih ko? Kesiangan ni kalo mau lari pagi…”
“iya dd.. sorry, tadi gua ngantar mama dulu ke pasar… hmm… koko juga mampir cuman mau bilang kita gak jadi hari ini… sorry yha dd…”
“huuuhhh… iya dehh… tapi habis pulang ke rumah telpon dd yah ko??!! Awas loh…..”

“iyahh… nanti koko telpon dd kalo udah sampe rumah… hehehe… ya udah,, koko mw jemput mama n pulang yah dd…”, “iyah ko… hati hati di jalan yah…” sahutnya sambil melambaikan tangan kepadaku… si otong makin gak bisa ditahan lagi waktu liat sediikit penampakan BH doi lewat sela-sela samping gaun tidur doi waktu ngelambaiin tangan ke gua.

Sesampenya gua di rumah gua langsung masuk kamar, rencananya mau coli karna si otong udah gak tahan, tapi keingat ama si doi, iseng aja gua telpon doi, sapa tau doi mau phone sex ama gua.. hehehe…
Pucuk di cinta ulam tiba… waktu gua bilang ama dia kalo gua konak waktu liat dia tadi, doi langsung jawab, “kenapa gak kasih tau dd lah?? Kan dd bisa bantu wat tidurin lagi punya koko… hihihi”….
Astagaaaaa saudara-saudaraaaa….. kalo tau begini mending tadi gua bilang terus terang aja ama doi… akhirnya gua ditemenin phone sex ama doi sampe 1½ jam… sampe doi bilang, “koko koq lama banget sich keluarnya?? Koko benerang ngocok kan??” beneran koq,, emang kenapa dd??” tanyaku.

“yah… dd heran ajah… dd aja udah keluar dua kali, masa koko belom keluar juga??”
“yah mau gimana lagi dd?? Udah puasa 1 minggu sich… hehehe”
Akhirnya setelah phone sex hampir 2 jam, si otong keluarin juga muntahannya… gua juga ngerasa puas bisa phone sex ama doi. Sampe akhirnya gua pengen untuk bisa lebih lagi ama doi (eksekusi maksudnya)..

“dek,, koko mau coba liat dong nenen dd,,, penasaran nih ama yang namanya payudara 36C..” kata gua lewat telepon.
“heeeh?? Liat?? Gak ahh…. Nanti koko malah macam-macamin dd…”
“plisssss…. Koko penasaran neehh… mau kalo ntar koko mati, terus ngegentayangin dd???” rayuku..
“ihhhh…. Amit-amit jabang bayi..” jawabnya.
“makanya… mau yah nunjukinnya??”

iya dehh… apa sih yang enggak buat koko???” jawabnya lagi. Wahh… nantangin ne anak… hehehe… ngerasa dapet lampu ijo gua coba ngerayu lebih jauh lagi.. “kalo gitu sekalian deh dd,, tunjukin juga meki dd… hehehe”

“tuh kan… di kasih hati minta jantung… gak jadi ahh….” Jawabnya dengan nada ngambek.
“lohh… kan dd sendiri yang bilang.. “apa sich yang enggak buat koko?” masa malah ngambek??? Ayolah dd….” rayuku, setelah berpikir agak lama dan terus kubisikkan bisikan setan, akhirnya dia jawab juga.
“oke deh,, tapi gak boleh lebih yah?? Cuman boleh liat…”
“sentuh juga dongggg..” rayuku lagi…

“ihh…. Iya… pegang juga!!” jawabnya agak ketus. YESSSS!!!! Berhasil!!! Berhasil!!! Berhasil!!! Jadi kepikiran Dora… singkat cerita gua ke rumahnya lusa harinya,, gua masih ingat hari itu hari kamis. Setelah sampe di rumahnya gua ditawarin minum ama doi, kebetulan di rumah doi lagi sepi, katanya orang rumahnya lagi keluar, pulangnya agak malam karena keluar kota. Wah, kesempatan emas nih, pikirku dalam hati.

Setelah berbincang-bincang sekian lama yang lumayan membosankan, karena dalam otak gua pengen cepet-cepet untuk ngeliat payudaranya, gua hentiin pembicaraan gua dengan langsung mengecup bibirnya. “itu ciuman koko yang pertama dek, koko kasih ke dd…” kataku, sekedar inpoh, sampe pada malam itu gua adalah seorang perjaka sejati yang gak pernah ciuman apalagi sampe ML.
“masa sih ko?? Boong nihhh…” jawabnya makin menggoda dengan membusungkan dadanya, sehingga payudaranya semakin ke depan.


“beneran koq,,, mana mungkin koko bohong….” Jawabku, “hemm… dek… buka dong… koko mau liat…”
“gak ahh… malu…” jawabnya. “malu ama sapa?? Kan gak ada orang di rumah selain kita” rayuku kepadanya.
“gak mau ahh… hihihi”

“koq dd gitu sih?? Kan dd udah janji ama koko??!!”gua mulai ngerasa kecewa waktu itu, tapi setelah itu gua dikejutkan ama kelakuan doi, doi lumat bibir gua terus bilang “dd gak mau di kecewain lagi ko, dd juga gak mau terburu-buru langsung buka gitu aja.”

Setelah mendengar jawabannya, gua lalu dekatin lagi wajahnya, kami saling berpagutan sambil saling melepas pakaian kami. Setelah tersisa pakaian dalam kami masing-masing, gua tercengang karena melihat suguhan yang ada di depan gua. Sepasang bukit kembar berukuran 36C terpampang di depan ane hanya tertutup oleh penutup berupa BH, yang kemudian dilepaskan ama doi.
“nih ko,,, ini loh yang ukurannya 36C..”

Dengan nafas yang hampir putus melihat pemandangan tersebut, gua langsung memelintir puting susunya yang masih merah muda, yang menandakan jarang disentuh. Setelah gua mainin cukup lama, gua buka bicara, “koko isep yah… pengen nyusu nihh…” kataku. “iyah ko, isep aja” jawabnya sambil mendesah, mungkin karena terangsang. Akhirnya payudara kanannya gua mainin dengan mulut, dan yang kiri gua mainin pake tangan, begitu juga sebaliknya. Doi cuman bisa mendesah…
“terus kohh…. Ohhhh…. Ahhh… ousstttttt….. engghhh…”

Desahannya semakin membuatku terangsang, sampai kuhentikan permainanku di payudaranya dan bilang, “buka celana dalamnya yah dd sayang??”. Tanpa menjawab apa-apa dia melepaskan celana dalamnya, sedangkan gua masih pake celana dalam. Begitu terpampang m*m*k yang begitu mulus dengan rambut yang sedikit karena sering di cukur, si otong langsung berontak makin keras, karena inilah pertama kalinya gua lihat wanita yang telanjang tanpa sehelai benangpun di depan mata. Sambil memegang tangan gua, dia bilang, “katanya mau lihat ama pegang,, koq malah diam?? Sini tangan koko..”

Tanganku dituntunnya ke arah vaginanya, dan di tunjukkannya padaku apa yang disebut dengan klitoris, gua mainin klitorisnya dengan telunjuk dan lidah gua sampe dia gelinjang-gelinjang dan mendesah..

“ahh.. kohhh…. Enakkhhh… koohh… terusinnn…. Akkhhhh….”
Gua coba buat masukin jari tangan gua ke dalam vaginanya, tapi doi segera menghentikan tangan gua. “belum saatnya koh” katanya manja.

Kemudian dia melepaskan celana dalam gua, dan terpampang lah kejantanan gua yang memliki ukuran standar, dengan kepala yang agak besar menurut gua. Digenggamnya kontol gua dan dielusnya.

“punya koko lebih gede dari punya mantan dd… dd boleh emut gak ko??” katanya. “tentu aja boleh, malam ini koko sepenuhnya punya dd” kataku. “tapi ini pertama kalinya loh dd emutin kontol. Kalo sakit bilang yah?” katanya. Gua cuman anggukin kepala aja, karena uda horny berat.
Kemudian kontol gua mulai disentuhnya dengan perlahan, bibirnya mencium kepala kontolku, dan mulai menjilatnya kemudia dimasukkan ke dalam mulutnya. Aduh saudara-saudari sekaliannn…. Bisa Anda bayangkan bagaimana rasanya pertama kali kontol Anda dijilat dan dikulum??? Rasanya ajibbbbb…. Meskipun kadang kena ke giginya tapi gua tetap ngerasain nikmat yang tiada tara….

Setelah disepong agak lama dia keluarin kontol gua dari mulutnya dan bilang “gimana ko?? Enak??” “Enak banget dekk…. Yah walaupun kena gigi… tapi tetep enakkk…” kataku. Lalu gua lanjut lagi menghajar vaginanya, gua jilat klitorisnya dan coba untuk masukin lidah gua seperti yang ada di film-film. Tanganku tidak tinggal diam begitu saja, kuremas-remas dan kumainkan putingnya dengan keuda tanganku. Sampai dia mengeluh “ahhh…. Ahh…. Enakkk…. Ahhh….. Teruss… Ahhhh….” Desahannya semakin membuat gua semangat untuk menghajar vaginanya, sampai kemudian dia dorong kepala gua dan bilang, “koh,, masukin kontol koko dong… dd udah gak tahan….”

Tanpa babibubebo, gua langsung ambil posisi misionaris untuk melesatkan si otong ke dalam rumahnya yang pertama. Karena masih belom pernah ngelakuinnya, gua meleset terus, hingga doi nuntun kontol gua untuk ditusukkan ke vaginanya yang udah banjir.

“bless…” kontol gua langsung masuk seluruhnya ke dalam vaginanya. Hilang sudah keperjakaan gua, pikirku, tapi masa bodoh lah… yang penting nikmattt….
Gua mulai maju mundurin kontol gua di vaginanya, doi mendesah “auhh… ouhhh… eeennghhh…”
Setelah permainan berlangsung sekitar 20 menit, doi mengerang agak keras sambil mencengkeram punggung gua. “AAAAAKKHHHHHH….. KOHHH…. KOHHH… DD KE.. LUU.. ARRHHHHHHHHH”
“SSRRTTT…. SSRRTTT…” ada aliran yang hangat menyemprot menambah basah kontol gua yang ada di dalam rahimnya.

Gua diamin sejenak sambil tancapin kontol gua di dalam, agar doi bisa meresapi orgasmenya yang pertama. “Enakh bangeth koohh…” katanya dengan nafas yang tersengal-sengal. “Mau lanjut lagi gak??” jawabku. “Emang kalo dd gak mau lanjut, kontol koko bisa puas??” jawabnya sambil menggoyangkan pantatnya sehingga membuat kontolku terasa nikmat di dalamnya. Lalu doi mengecup bibir gua dan gua mulai lagi menggenjot tubuh doi.

Selang 10 menit kemudian doi kembali menggelinjang sambil teriak “AAAAAAAKKKKKKHHHHH…. DD KELUAR LAGIHHHH….” Karena sudah horny berat, gua genjot terus tanpa perduli erangan yang dikeluarin doi. Sampai hampir 1 jam lamanya gua genjot, akhirnya gua ngerasa udah mau keluar.
“dekkhh,,, koko uda mau keluar nihh….” Kataku sambil menggenjot. “ouuhhh… jangan keluarin di dalam yah koohhh…. Engghhh…” sahutnya.

Beberapa saat kemudian gua semakin gak tahan, akhirnya gua kebablasan nyemprot di dalam rahimnya. Peju perjakaku, kukeluarkan di dalam rahimnya. “Sorry dek, koko gak sempat keluarin kontol koko dari vagina dd…” kataku menyesal. “Gpp ko… Asalkan gak hamil, gak masalah koq….” Sahutnya menenangkan gua.

Setelah pertempuran malam itu, kami masih melanjutkan lagi hubungan tersebut ke arah yang lebih serius lagi dengan status pacaran. Namun, kami hanya dapat bertahan 1 bulan, karena ada perbedaan prinsip dan sifat. Gua yang gak dapat terus menerus menahan sifatnya yang kekanak-kanakan akhirnya menyerah, dan gua putuskan untuk mengakhiri hubungan kami. 

Awalnya dia nangis-nangis dan mohon untuk tetap pacaran, tapi gua udah gak tahan lagi dan gua bersikukuh untuk putus. Setelah itu, kami sepakat untuk bubar, tetapi doi menghapus kontak gua karena doi sakit hati. Dan sampe sekarang gua gak pernah dengar kabar dari doi lagi.
Demikian pengalaman pribadi gua suhu, maaf sekali lagi kalo tulisan nubi berantakan. Kalo tidak berkenan di hati suhu-suhu sekalian, tolong jangan di:bata: . Kalo berkenan, cukup komen aja, tapi kalo ada yang mau ngasih ijo-ijo, gua semakin berterima kasih lagi.

Tukang Parkir dan Jilbab Semok

(( prittttt...prittt...pritttt ))
"ok mundur... yak ambil kiri pol, lurusss. maju dikit....stoppp!" Teriakku lantang
Mobil Avanza putih telah pas berada di ruang parkir yang kusediakan.
Tak lama beberapa orang turun dari mobil tersebut.
Kulihat ada seorang laki laki setengah baya yang ku tafsir usianya sudah 60 tahun, lalu ada pria seumuran dengan ku, mungkin malah lebih muda dari ku. Kira kira 29 tahun umurnya.

Ada seorang gadis, mungkin kisaran 13 tahunan dan seorang wanita berjilbab yang seumuran dengan pria tadi.
"rame mas" kata sang bapak yang terlihat rambutnya banyak uban "ya lumayan pak. Masih ada tempat kok" jawabku
Aku mengantar mereka hingga pintu masuk kedai makan yang aku jaga lahan parkirnya.

Saat itu aku berdiri tepat di belakang rombongan keluarga tadi, sambil memperhatikan postur tubuh mereka.
Saat mataku menatap sang wanita berjilbab, sungguh aku menelan ludahku. Karena dia sungguh seksi dengan balutan gamis berbahan kaos yang cukup ketat di bagian pinggul dan pantatnya.

Body nya bak gitar lokal yang sering aku main kan di kamar kos saat hati merasa galau.
"ckckckck" ucap ku lirih
"pantat mu mbak...bikin ngiler" tambahku

Setelah itu aku kembali menjaga lahan parkir dan duduk di kursi plastik yang terasa dingin. Aku menyeruput kopi panas yang ku beli dari warung kopi dekat kedai makan itu.
Tak lama wanita yang kubahas tadi datang menghampiri mobil avanza yang di tumpangi nya dengan agak berlari sehingga membuat dadanya berayun ayun indah.
Tak disangka ternyata buah dadanya lumayan besar dan terlihat kencang serta menantang untuk di pegang.

Aku berdiri seraya bertanya
"kenapa mbak?"
"anu mas... Kayaknya kunci mobil masih didalam deh" jawabnya dengan wajah panik
Ia lalu menempelkan badan nya ke pintu mobil dan juga menempelkan wajah nya ke kaca mobil dengan tujuan melihat lebih jelas kearah dalam kabin mobil tersebut.
Aku malah memandangi body semoknya dari belakang. Gamis abu abu nya sungguh membuat ludah ku telan lagi. Lalu dengan pikiran agak mesum aku mendekatkan tubuh ku kearah tubuhnya dengan modus juga ingin melihat kondisi kunci mobilnya.
Dengan sengaja aku merapatkan tubuhku dengan modus memberinya penerangan melalui senter yang kupegang.

Si mbak awalnya kaget saat tubuhnya ku himpit dengan badan ku.
"eh mas...coba pinjem senter nya sih" katanya tanpa risih maupun marah atas kelakuanku.
Aku memberikan senter itu tanpa melonggarkan himpitan tapi malah sengaja lebih ku tekan kan daerah kejantanan ku ke pantatnya
"tuh bener kan kuncinya di dalam" katanya
Aku semakin menghimpitnya dan ikut melihat kunci yang masih tergantung di bawah kemudi nya.
"wah kok bisa ketinggalan si mbak" kataku sambil menghirup parfum tubuhnya.

Sebenarnya aku masih ingin berlama lama menghimpit tubuhnya dengan berusaha menggesek pantat nya yang montok itu dengan kejatanan ku meski di luar celana. Tapi mengingat situasi yang tidak memungkin kan akhirnya aku menjauh guna mencari sebatang kawat untuk ku buat sebagai alat pengait.

Setelah ketemu aku kembali menuju mobil, seluruh anggota keluarga mobil avanza pun tampak sudah berkumpul dengan muka panik.
"permisi... Maaf saya bantu boleh?" tanyaku
"oh silahkan mas" jawab bapak tua itu
Dengan berbekal ilmu dari masa lalu aku mencoba mengaitkan kawat tadi ke sela sela kaca jendela.
(( cek...ceklekkk ))
"nah...sudah kebuka nih" kataku sambil menarik tuas pintu mobil itu. Semua keluarga itu kulihat sumingrah.
"wah hebat mas" kata mas mas yang usia nya lebih muda dari bapak tadi
"ah biasa aja kok" jawabku.

Setelah itu aku meninggal kan mereka karena ada 2 buah mobil mencoba mencari tempat parkir. Setelah selesai menempatkan kedua mobil itu aku kembali ke tempat duduk.
Keluarga avanza tadi nampak nya melanjutkan santap malam nya di kedai itu.
Selang 10 menit mereka kembali ke arah mobil avanza guna beranjak pergi. Tapi penumpang yang semula ada 4 orang kini hanya 3 orang. Si jilbab tak terlihat olehku. Aku pun berdiri guna memberi sapaan
"sudah santap malam nya... Tidak ada barang yang tertinggal kan?" tanyaku
"kalo barang sih enggak mas. Cuma istri saya masih di dalam katanya mau ketemu pembeli di kedai ini, jadi kami tinggal. Biar nanti pulang naik go-jek aja" tegas laki laki yang ternyata suami si jilbab yang aku cabuli tadi.
"ohhh....begitu ok deh. Ini mau kearah mana?" sahutku
"ke kanan mas" jawab bapak beruban itu.
Setelah semua penumpang masuk, aku mengarahkan mobil sesuai tujuan dan ternyata mereka memberiku uang 50ribu sebagai rasa terima kasih.
"wah makasih mas" kataku kepada sang sopir.


Tak terasa malam telah larut kulihat waktu menunjukkan pukul 23:00 di layar hp Nokia C2 milik ku.
Lahan parkir pun sudah tak ada lagi mobil maupun motor pembeli. Yang ada hanya motor para karyawan saja.

Aku bergegas masuk untuk berpamitan pada pemilik kedai karena tugas ku sudah selesai di jam ini.
Saat aku melangkahkan kaki masuk aku melihat si jilbab semok tadi masih di dalam dan masih bercengkrama dengan 2 orang wanita.

Dan ternyata juga masih ada 3 meja yang masih di duduki pelanggan.
"bos saya pulang ya. Diluar udah beres tuh" kataku pada pemilik kedai.
"ok thanks bro" jawabnya sambil memberiku kantong plastik sebagai jatah makan malam.
"ya sudah bos sampai jumpa besok" kataku

Aku menuju motor matic keluaran baru dari pabrikan Honda lalu menungganginya dan menyalakan mesin nya. Saat ingin meninggalkan tempat itu aku melihat ada taksi berhenti rupanya taksi tersebut menjemput 3 wanita yang salah satunya si jilbab semok.
Tapi setelah taksi berlalu ternyata si jilbab tak ikut masuk. Dia masih berdiri sambil memain kan hp nya. Iseng iseng aku menghampirinya.

"malam mbak kok masih di sini" tanyaku sopan
"iya mas lagi nunggu mas GO-JEK nih" jawabnya
"ohhh...sebaiknya nunggu nya di dalam aja mbak. Biar aman" saran ku
"ah nggak enak sama pemiliknya" jawabnya sambil tersenyum manis
"kalo begitu saya temani di luar sini ya" basa basi ku
"eh boleh boleh"
"asal mas nya gak keberatan" katanya
"ah si mbak nggak berat kok" canda ku
"hahaha" tawanya

Kami pun telibat percakapan hingga 30 menit. Si jilbab mulai panik karena tukang ojek ijo itu tak kunjung datang. Maka dengan hati pahlawan aku menawarinya tumpangan untuk pulang. Dengan agak cemas ia pun menyetujui.
"ya udah yuk naik. Mo duduk depan apa duduk belakang?" guyonku
"ih si mas, dari tadi bikin saya ketawa terus" katanya setelah terkekeh geli.
Tak lama ia pun naik dengan posisi miring menyamping orang jawa bilang ( nyemplo )
"sudah?" tanyaku
"sudah" jawabnya
"kok cepet" sahutku
"ihhhh" katanya sambil mencubit pinggang ku

Selanjutnya aku meluncur untuk mengantarnya pulang. Dan kebetulan juga ternyata rumah nya berada di perumahan yang sama ku tempati tapi berbeda blok.
Saat melewati pos satpam di pintu gerbang perumahan para satpam melihat kami dengan muka heran dan bertanya tanya.

"monggo pak bos" sapaku pada para satpam
"ehhh... Monggo monggo bro" jawabnya
Tak lama aku akan sampai di rumah yang ku sewa.
"ini rumah saya" kataku sambil memalingkan muka ke kiri
"oh ini" balasnya
"mo mampir dulu mbak" basa basi ku
"ah besok aja deh mas udah malem ni" jawabnya.
Setelah rumah ku terlewat aku harus memotong jalan. Maka aku harus lewat jalur lapangan badminton di komplek ini.

Lapangan sungguh gelap karena malam ini tak ada kegiatan badminton. Apalagi kanan kiri lapangan ini hanya rumah kosong yang terbengkalai karena blom ada pembelinya. Tiba tiba hp si mbak berbunyi nyaring, aku pun menghentikan laju motor di tengah lapangan badminton ini.
Ia turun untuk mengangkat telfon dengan agak menjauhi ku.

Aku mematikan mesin motorku. Setelah ia selesai menerima telfon ia kembali ke arahku
"mas kok gelap. Trus kenapa mesin motor di matiin?" tanya nya sedikit panik.
"biar mbak jelas nrima telfon nya" jawabku.
Meski mesin motor ku mati tapi lampu rem menyala karena mesin mati saat side stand ku sandarkan ke tanah
"ohhh"
"ya wes yuk lanjutin, aku takut tempat sepi dan gelap" katanya sambil meremas lengan ku. Sialnya ia juga merapat kan dadanya di lengan ku juga.
Rasa kenyal dan empuk aku nikmati meski sebentar.
"eh kalo takut nggak usah mepet gini" kataku
"ah biarin orang takut" jawabnya dengan muka pucat.

Selanjutnya aku melaju ke rumahnya yang berada di blok paling ujung. Setelah sampai di pagar depan rumah kembali mesin motor ku matikan. Ia mengucap kan terima kasih dan melambaikan tangan nya. Kemudian aku kembali menuju rumah untuk istirahat.
.
Esok pagi nya aku dikejutkan dengan suara berisik di pintu pagar rumah ku. Dengan mengucek ucek mata aku berjalan ke arah pagar. Ternyata si jilbab semok yang sedari tadi berisik di pintu pagar.

"ada apa mbak" tanyaku sambil menahan nguap mulut
"kemana aja sih di gedor dari tadi juga" kata si mbak dengan muka sewot
"masih tidur mbaak kan jadi kelelawar kalo malam" kataku sambil membuka pintu pagar dan mempersilahkan nya masuk.
"jam segini kok masih tidur" imbuhnya saat masuk kedalam ruang tamu.
"hehehe duduk mbak" kataku
"ok. Oh iya ini buat sarapan mas nya" katanya
"wah ngrepotin nih. Mbok tiap hari sih" gurauku
"wuuu... Maunya" jawabnya.
"mau minum apa? Eh maaf tapi cuman ada air putih tuh" kataku.
"udah gak usah" katanya sambil melihat kearah kejantanan ku yang menonjol karena kebiasaan anak laki laki di pagi hari. Saat itu aku hanya memakai celana sepak bola dari bahan jersey yang agak kekecilan.

Aku melihat jam dinding ternyata menunjuk kan pukul 9 pagi dan aku juga masih melihat ia semakin serius memandang batang kontol ku yang menegang dan bersembunyi di balik celana yang tak bercelana dalam itu.
"sudah lama" tanyaku
"apanya" jawabnya sambil terpaku melihat ereksiku
"liat anuku" kataku to the point
"sudah lama...gede ya"
"eh maaf...maaf"

Katanya sambil malu menutup mukanya.
"ya uda aku pamit ya" katanya sambil bangkit dan berjalan melewatiku.
Ingin rasanya menghentikan dia, tapi karena aku masih berpikiran jernih jadi kubiarkan dia pergi.
Mataku hanya menatap bongkahan pantat semoknya yang menjauh dari pandanganku.
Kemudian aku duduk dan membuka rantang yang ia berikan tadi.
Segera ku santap lalu kembali ke kamar tidur untuk melanjutkan istirahat.

(( tidit...tidit...tidit ))
Suara weker di meja kamar membangunkan ku. Waktu menunjuk kan pukul 4 sore, saatnya mandi dan berbenah diri, selanjutnya aku mencuci rantang untuk ku kembalikan kepada si jilbab semok.

Setelah siap dan memakai rompi parkir aku menuju rumahnya.
Setibanya di sana rumah itu tampak sepi, ku coba memasuki halaman depan dengan menggeser pintu pagarnya lalu menoleh ke arah taman.

Ada sesosok wanita sedang jongkok memakai kaos kuning dengan rambut di kuncir ekor kuda.
Aku menyapanya "permisi"
Seketika ia terkejut dan menoleh. Ternyata wanita ini adalah si jilbab semok
"ehh mas parkir...ngagetin aja" katanya sambil berdiri dan menghadap padaku.

Betapa kagetnya aku ketika menatap nya tanpa jilbab dan gamis. Padahal saat ia datang kerumah ku tadi pagi ia cukup sopan, mungkin karena di rumah maka pakaian nya seperti itu.
Aku menatap seluruh tubuhnya dari atas hingga bawah. Saat mataku tengah menatap bagian bawah nya aku menelan ludah.

Ia memakai hotpants bebahan jersey sangat pendek berwarna putih, terlihat lipatan garis di pangkal pahanya yang menandakan ia tak memakai celana dalam.
Kedua tangan nya memakai sarung tangan kaos dan menggenggam gunting tanaman di tangan kirinya.
"lagi berkebun nih critanya" kataku mengalihkan padangan sebelum ketahuan kalau aku menatap miss v nya
"yaa...biasa aktifitas sore" jelasnya.
Untung pagar rumahnya cukup tinggi jadi saat kami ngobrol tak terlihat oleh tetangga di dekat rumahnya.

Ia melemparkan gunting tanaman ke arah ember plastik lalu membuka sarung tangan nya
"mo ngapain mas" tanya dia
"ini mo balikin rantang"
"kok sepi pada kemana" jawabku.
"ohh...yuk mas masuk" pintanya sambil berjalan masuk ke dalam rumah.
Aku mengekorinya di belakang. Sungguh indah pemandangan sore ini, meski bagian paha terlihat gumpalan gumpalan lemak tapi kulit putih nya tak sedikitpun nampak cela

Aku mengikutinya hingga ke dapur karena sebelumnya ia menyuruhku ke sana dengan alasan ingin cuci tangan di tempat cuci piring di dapur, aku ia perintah agar rantang tadi di taruh di lemari dapur yang menempel di dinding. Selanjutnya ia mengambil minuman di kulkas, entah karena botol minum nya berada di rak bawah atau sengaja memancing nafsu ku ia menungginggkan pantat nya hingga bentuk nya bulat bak bola, padat kenyal dan besar

"wah pantatmu sekel banget sih mbak" kataku spontan
"apa mas" katanya dengan masih menungging.
Aku mendekatinya lalu berjongkok untuk mendekatkan muka ku ke pantatnya sambil berkata
"kamu seksi mbak, aku jadi terangsang"
Tanpa basa basi ku benamkan muka ku sambil memegang ke dua pinggulnya dengan tangan ku.
"aahhhhh...masssss" desahnya kaget
"jaaaanngaaann massss!" pintanya
tapi ia tak sedikitpun mencoba menghindar.
Ku hisap dalam dalam bau pantat nya yang beraneka aroma itu lalu dengan sigap kedua tangan ku aktif meraba paha dan sekitarnya
"masssss....cukuupppphhh"
"hentiiiikaaann" Pintanya

Karena hidungku sudah kenyang menghirup aroma pantat nya aku menyudahi perbuatanku lalu berdiri guna melepas celana jins belel ku serta celana dalam ku yang bolong.
Batang kontol ku sudah menegang perkasa dan siap untuk di gunakan.
Aku kembali mendekatinya dan memeluk tubuhnya yang kini berdiri menghadap kulkas yang masih terbuka

"ohhh...massshh....jangannnnhhh..."desahnya manja
"abis mbak seksi si" kataku sambil meremas susunya dari luar kaos nya.
Ia menggeliat hingga pantat semoknya bergesekan mesra dengan kontolku.
(( crruupssshh ))
Ku kecupi mesra lehernya dari belakang, tangan nya meremasi rambutku. Kemudian tangan itu ku arahkan ke kontolku, ia dengan tanggap langsung mengelusnya.
"ahhh..." desahku
"mmmhhh...massshh...jangannnhhh di siniii sihhh" katanya mesra

Rupanya ia sudah di bawah alam nafsu jadi ia telah mengikhlaskan tubuhnya untuk ku cicipi
Kaos nya ku buka perlahan lalu ku buang entah kemana, ia menghadapku. Wajahnya memerah tanda nafsunya sudah menguasai otak nya.
Tak kusia siakan momen ini dengan mengulum bibir nya yang basah.

"mhhhh...mhhhhh" desahnya
(( crooppsshh ))
Suara bibir terlepas
"suami pulang jam berapa?" tanyaku sambil membuka kaitan bh nya
"nggak tau nggak tentu" jawabnya sambil membantu membuka bh.
Setelah lepas aku langsung menikmati puting kecoklatan sebesar kacang atom itu dengan beringas
"ooohhhhh...masssshhh" desahnya
Tangan tangan ku aktif meraba dan meremas semua hamparan kulit mulusnya.
"iihhhh...geliiii...massshh" desahnya manja
Selanjutnya aku memegang kedua bahunya untuk ku tekan kebawah agar ia berjongkok.

Rupanya ia paham maksudku, dengan cepat ia pun meraih batang kontolku lalu mengulum mesra dari ujung hingga pangkal nya
Tak hanya itu buah pelirku ia mainkan seperti bermain bola pingpong
"ahhh...mbaakkkkk...uuhhhh...mantebbb" kataku
Hawa dingin dari kulkas yang terbuka menambah sensasi tersendiri dalam permainan ini.
5 menit kemudian aku menghentikan kuluman nya yang semakin mantab itu.
"udah sihhh mbakkk" kataku sambil mengangkat tubuhnya berdiri.
"kenapa masss...gak enak ya" katanya sambil mengelap lelehan liur di bibirnya.
"enak kok tapi aku mau jilat memek kamu" kataku sambil jongkok untuk memelorotkan hotspant miliknya yang terlihat basah di area miss v nya.

(( ssrrett...sreeettt ))
(( ssslluuurrrppphhsss ))
Suara celana yang terlepas dan memek yang langsung ku jilat.
Jembut nya lebat sekali hingga saat aku menyedoti bibir memek nya ada yang ikut ku sedot.


Setelah memeknya basah kuyup aku berdiri guna mengarahkan kontolku untuk masuk ke memeknya.
"masshh...ke kamar aja sihh" pintanya
"udah disini aja" kataku
Ku gesek gesekan kepala kontolku ke sela sela lipatan bibir memeknya lalu tanpa halangan yang berat aku mendorongnya dan masuklah semua kontolku

(( blessshhh... ))
"oouuhhhhh...masssssshhh" jeritnya pelan
Langsung saja ku goyang memeknya sesuka hati ku
Memek yang basah ini ku rasakan agak mengedut edut hingga membuat aku dan dia saling mendesah lirih

"oouuhhh"
"hemmmhhh"
"aahhhhssss"
"mbaaakkkk...mantabbb"ouuhhhh...masssshh"

Begitu lah saut sautan suara desah yang kami keluarkan
Hawa dingin kulkas yang terbuka seakan menambah suasana sex yang bagiku cukup enak.
Buat pembaca cobalah ngentot didepan kulkas yang terbuka rasanya sulit untuk di tuliskan.
Aku menyuruhnya berbalik badan agar kontolku bisa kutusukan lebih dalam di posisi doggy

Setelah ku cabut aku kembali menggesek memeknya dalam posisi menungging ini dan tak lama ku tancapkan lagi secara cepat agar ia menjerit nikmat
"AAAWwwwhhhh" desahnya
"nikmat kan mbakkk" kataku

ku goyang lagi dengan tempo cepat karena memek nya sangat basah.
Kedua tangan nya menopang pada pintu kulkas dan bagian frezer nya ( kulkas nya dua pintu, atas dan bawah )
Susunya kenyalnya bergoyang goyang indah dan sesekali ku remasi meski terasa dingin.
"oouuhhh"
"ahhhhhhh"
"mhhhhhh...masssshhh"
"aku..uuuhhh...mohhhh...pipiiissshhh" teriaknya lirih
"ya udahhh pipissss aja sihhhh" kataku sambil menggenjoti nya.
Lalu ia mendorong tubuhku dan memajukan pantatnya agar kontolku terlepas. Kemudian...

(( ssssseerrrssshhhh....sssrrreeesssshhhh... ))
Cairan mirip air kencing itu keluar deras dari memeknya.
"busyettt bisa gitu tuh memek" gumamku
Tubuhnya menggelepar macam ikan yang keluar daru kolam nya
Aku menatap kontolku yang memerah lalu dengan sigap ku tusuk lagi memeknya
"MAAAAsSSsSSSHhhhh..." teriaknya
"ouhhh mbakkkk...memekmu mantabbbbhhh" sahutku.

Setelah ku goyang sekitar 5 menit. Kontolku menunjukkan tanda tanda ingin muncrat.
"mbaakkkhhh...aaku mo muncrattt nihhh"
"ku muncratin di memek mu yahhh..." kataku
"ter...ooohhh...terrssee...oouuchhh...terserahhhhhh" desahnya
lalu akhirnya...

(( crootttghh...croootthh....crot..crottthh...crottt ))
Menyemburlah sperma hangat ku kedalam memeknya.
Ia kembali bergetar getar. Aku memeluknya erat di bagian perutnya.
Sengaja aku tak langsung melepas kontolku.
Ia sedikit menghadap ku dengan membelai rambut ikalku.
"ahhh...trimss ya masshh" katanya
"yaa mbak cantik" kataku

Sedikit demi sedikit kontolku mulai keluar dari memeknya di iringi butiran butiran keringat yang keluar dari tubuh kami.
Setelah lepas aku di gandengnya ke kamar mandi.

Kami pun langsung mandi bersama dan saling menyabuni satu sama lain.
"masss kamu kok nekat ngentotin istri orang si" tanya dia sambil menyabuni dadaku yang penuh tato itu
"hihihi...abis istri orang nya semok si" jawabku sambil memainkan puting nya dengan spons mandi
"oh iya pas di parkiran mas sengaja ya nempelin tubuh ku" tanya dia lagi
"iya...abis nya kamu diam aja sih" jawabku
"tadinya sih pengen teriak tapi saat ngrasain kontol yang tegang aku jadi terbawa nafsu" jelasnya
"eh kita tuh udah ngentot tapi kok belom kenalan ya" tambahnya
"Didik" kataku sambil mengulurkan tangan layaknya orang kenalan
"Rini. Edan kamu mas. Istri orang di perkosa gini" katanya
"tapi suka kan Rin" tanyaku
"suka banget" sambil memainkan batang kontolku yang kian lama kian mengeras lagi
"wuihhhh tegang lagi tuh" katanya
"yuk ngentot lagi" ajak ku.
Selanjutnya kami bercinta lagi di dalam kamar mandi hingga berbagai macam gaya dan kembali ku muncratkan spermaku di dalam memeknya. Setelah itu kami kembali mandi untuk membersihkan diri.
.
.
Setelah selesai mandi aku memakai pakain ku dan duduk di ruang tamu. Kulihat jam menunjukkan pukul 17:15
"wah telat parkir nih" gumamku
Tak lama ia datang dengan busana gamis komplit dengan hijabnya
"loh kok make jilbab" tanyaku
"biar suami nggak marah kalo dia datang" jelasnya
Aku hanya mengangguk
"soalnya kalo ada tamu, aku wajib berhijab" tambahnya
"hahahah...padahal abis di entot tukang parkir" kataku
"hussshhh" katanya

Kami terlibat lagi ngobrol ngalor ngidul sampai ia curhat kalau mereka belum di karuniai momongan setelah 5 tahun menikah
"wah ntar kalo hamil gimana tuh" tanyaku
"ya alhamdulillah...meski dari kamu mas" jawabnya sambil mencubitku
Karena petang mulai datang aku berpamitan setelah berhasil memeluk dan mencium bibirnya.
"ya wes aku parkir dulu ya" pamitku
"ya mass... Ati ati di jalan" katanya sambil mengantarku keluar dari ruang tamu.

(( ngggrreeekkkk ))
Suara pintu pagar di dorong
Rupanya sang suami pulang dari kerja. Kami sempat kaget tapi dengan santai dan was was aku menyapanya
"sore mas baru pulang ya" tanyaku
"eh iya mas...sudah lama disini" jawab dan tanya suami nya
"nggak kok barusan. Cuman balikin rantang" jelasku
"ya sudah mas saya pamit mo tugas parkir" tambahku
"oh silahkan...kok nggak ngobrol ngobrol dulu" jawabnya
"besok saja" kataku
Aku sedikit berlari menuju motorku dan bergegas pergi setelah sebelumnya melambaikan tangan pada kedua pasangan itu.
Dalam perjalanan aku senyam senyum sendiri mengingat kejadian tadi.