Home » , , » TERIMA KASIH AUTO2000

TERIMA KASIH AUTO2000

Pagi itu Dino dengan malas dan setengah mengantuk terpaksa berangkat mengantarkan sang istri ke kampusnya sehubungan kegiatan KKN. Dino malas malasan dikarenakan setelah mengantarkan sang istri mau tak mau harus sekalian ke Auto 2000, pekerjaan yang amat di bencinya. Mobil mereka yang baru menempuh sekitar 1000 km an harus menjalani pemerikasaan rutin sesuai garansi yang di dapatkan dari dealer.

Setelah menurunkan sang istri di kampusnya mobil Avanza berwarna hitam tersebut meluncur menembus kemacetan menuju bengkel Auto 2000 di jalan Asia Afrika Bandung. Masuk setelah melalui pos satpam yang menanyakan keperluannya dan memarkir mobilnya di belakang deretan beberapa mobil yang telah terlebih dahulu datang. Melangkah masuk dalam kantor bagian service setelah mendapatkan nomor urut 11. Menunggu dengan kesal panggilan untuk pendaftaran pelayanan service.
DewaPoker

Satu persatu nomor urutan di panggil untuk mendapatkan pendaftaran pelayanan sekaligus mencatat keluhan yang dirasakan oleh masing masing pemilik mobil tersebut. Bapak Hendy dan bapak Satria bagian service Advisor menghadapi dengan ramah setiap pelanggan mereka dan mencatat setiap keluhan untuk menjadi input bagi mekanik mereka.

Saat nomor urut 8 di panggil, mata Dino terpaku pada langkah seorang wanita. Melangkah dengan ringan menuju meja pendaftaran. Seorang ibu muda paling tidak berumur tidak lebih dari 30 tahunan. Mengenakan rok panjang berlipit dengan bahan yang ringan, dipadu dengan T shirt berlapis jaket denim. Di punggungnya tersampir tas ransel berbahan kulit dengan warna yang cerah. Dengan gerak gerik yang lincah sang ibu muda tersebut cepat sekali menarik perhatian Dino. Mata Dino tak lepas dari gerak gerik wanita itu hingga wanita itu menghilang ke ruang tunggu di lantai atas yang menghadap langsung ke ruang kerja bengkel tersebut.

Satu demi satu nomor urut di panggil tak terkecuali Dino. Dan setelah mengutarakan semua keluhannya yang segera di catat oleh bapak Satria, Dino pun kembali duduk di rung tunggu. Pak Hendy menganjurkan Dino untuk menunggu di ruang tunggu di lantai atas, akan tetapi Dino dengan sopan menolaknya dengan alasan ingin merokok.

’'Uh.., membosankan menunggu seperti ini’' batin Dino. (Dewa Poker)
Entah sudah beberapa batang rokok di habiskannya. Saat kebosanannya meningkat itulah di lihatnya wanita yang tadi mencuri perhatiannya turun dari ruang tunggu melangkah dengan ringan. Sekejab mata mereka saling beradu, dan saling lempar senyum. Langkah wanita itu menghilang keluar dari bangunan bagian service tersebut.

Untuk menghilangkan kejenuhannya Dino berjalan jalan menuju ruang pamer dari kantor tersebut. Menghampiri mobil yang tengah di pajang disana. Tak banyak mobil yang dipajang saat itu. Sebuah Kijang Innova, Yaris, dan Avanza terparkir dengan manis di ruang pamer tersebut. Sales yang berada di ruangan tersebut yang semuanya wanita tersebut tersenyum. Dino tak tertarik. Mungkin di karenakan mereka sudah tak muda lagi dan tak menarik secara visual meskipun setelan mereka cukup mini.

Setelah berkeliling Dino kembali duduk di ruang tunggu tersebut pada kursi paling ujung sehingga ia dapat memandang keseluruhan ruangan, baik kegiatan ruang pamer ataupun siapa saja yang tengah lalu lalang pada ruang service. Tak lama berselang wanita muda yang tadi sempat menarik perhatiannya kembali memasuki ruangan service dengan beberapa lembar kertas di tangannya. Memandang berkeliling menacri tempat yang nyaman menurutnya, melangkah ke arah Dino dan duduk di kursi di samping Dino yang hanya terpisah sebuah meja kecil. Meletakkan lembaram kertas di tangannya yang ternyata adalah brosur mobil. Mengeluarkan handphonenya dan memijit mijit keypadnya.


Dino memperhatikan wajahnya cukup manis dengan rambut sebahu. Penampilannya cukup modis. Wanita tersebut menoleh tersenyum.

”"...Lama sekali ya bu....”", sapa Dino ramah mencoba membuka percakapan.
”"...Iya nih, saya dari pagi tadi karena ’ga booking service terpaksa menunggu lama”", sahutnya renyah.
”"...Betul, pekerjaannya sih sebentar tetapi karena antri menunggu gilirannya yang lama",” kembali Dino berkata mengiyakan.
”"...Mobilnya kenapa bu.....?”", tanya Dino kembali.
”"...Tadinya sih hanya tune up rutin, tetapi kata pak Hendy akan di periksa secara detil karena setelah saya katakan keluhannya, sepertinya agak berat nih..", ”ujarnya sambil menghela napas.
”"...Mobil bapak kenapa...?", ”tanyanya balik.
”"...Hanya service garansi 1000 km....", ”jawab Dino.
”"...Baru ya...?",” tanyanya kembali.
”"...Sekitar sebulanlah...”", jawab Dino kembali.

Pembicaraan mereka mengalir dengan lancar. Entah kenapa Dino merasakan bahwa wanita muda itu sangat enak berkomunikasi. Tawanya renyah. Akan tetapi kedua mata wanita muda itulah yang mendapat perhatian khusus Dino. Matanya bulat dan indah, apabila mengerling, ...alamak sangat menggiurkan sekali pandangan matanya tersebut. Berkali kali Dino merasakan pandangan mata indah tersebut mencerabut gairah kelelakiannya.

”"....Avanza saya juga berwarna hitam, tahun 2005...”", terangnya kembali.
”"...Saya pengin ganti, karena rasanya kurang cocok dengan keinginan saya..”", ujarnya menerangkan.
”"...Rush bagus bu...", ” ujar Dino.
"...”Iya saya kan tadinya mau lihat lihat Rush tetapi ga ada di showroom ini, makanya tadi saya ke showroom sebelah melihat lihat Terios..”", ujarnya menyodorkan brosur Terios kepada Dino.
”"...Mau yang hitam lagi ya bu....?"” tanya Dino.
”"...Benar, tapi katanya harus indent sampai Maret 2008, kelamaan..”", sahutnya.
”"...Sudah coba ke Tunas bu, saya dengar mereka bisa mengusahakannya tentunya dengan harga diatas standar...”", terang Dino.
”"...Betul.., tetapi kalau ambil di Tunas ga dapat Astraworld...”", ujarnya kembali.
”"...Kalau Grand Livina gimana, ga tertarik..? Katanya mobil itu adalah mobil teririt saat ini...”", tanya Dino.
"...”Berapa sih....?", tanyanya seraya mengerling.
”"...Sepengetahuan saya berkisar di angka 160 jutaan....”", sahut Dino. ”"...Hmm........", ”gumammnya perlahan.

"...Kalau saya , lebih memilih mobil yang berukuran besar. Saya merasa sumpek kalau berada dalam mobil sedan...”", lanjut Dino.
”"...Sama, saya juga begitu ga merasa nyaman kalau berada dalam mobil sedan, Kalau bisa sih pakainya mobil kelas jeep, kesannya tuh gagah banget deh..”", terangnya tersenyum.

Selang kemudian nama wanita wanita muda itu di panggil oleh bapak Hendy, yang langsung dihampirinya dengan langkah ringan. terlihat mereka bercakap cakap serius. Beberapa kali wanita yanng ternyata bernama Lina tersebut menganggukkan kepalanya menyimak serius. Lalu kembali ia melangkah ke tempat duduknya semula.

”"...Selalu di sini bu kalau service...?" tanya Dino.
”"...Biasanya di auto 2000 pasteur atau di Cibiru.... disana ga antri karena stall mekaniknya cukup banyak..”", sahutnya.
”"...Kenapa ga bapak bu yang service...”", tanya Dino kembali.
"...”Bapaknya kan kerja..., ini juga karena kebetulan ada keperluan ke alun alun, makanya service di sini...", ”ujarnya kembali.
"...”Oh ya bu, saya Dino.., nama ibu Lina kan....?", ”ujar Dino mengenalkan dirinya.
”"...Ko..tau.....”", tanyanya heran.
"...”Tadi kan nama ibu dipanggil pak Hendy....”",terang Dino.
”"...Oh iya........", ”sahutnya tersenyum.

Tak lama kemudian pak Hendy kembali menghampiri bu Lina, menerangkan bahwa mobilnya harus di tinggal untuk dapat dikerjakan dengan cepat. Terlihat raut muka bu Lina yang muram mendengar penjelasannya. Dan setelah menanyakan biayanya , ia melangkah ke bagian kasir dan membayar senilai tagihan perbaikan mobilnya dengan kartu kreditnya. Setelah duduk di kursi semula bu Lina merogoh tas ranselnya yang dipangkunya, mengeluarkan handphonenya mencoba memijit mijit dan menempelkannya di telinganya. Terlihat ia kesal karena hubungan yang di ingininya tak terlaksana.

”"...Ada apa bu.....”?", tanya Dino ramah.
"...”Ini, mobil saya harus menginap disini, saya udah coba telepon bapak tapi handphonenya dimatikan...”", sahutnya.
"...”Ibu tinggal di mana...?”", tanya Dino. Wanita muda itu memalingkan wajahnya memandang tajam kearah Dino. Mungkin mencari cari pandangan nakal yang tersirat di wajah Dino. Dino memandang dengan pandangan biasa tak bermaksud apa apa.

’Laki laki ini menarik dan sikapnya ga nakal...’ batin Lina
”"...Di Cijambe mas....".”ujarnya perlahan. Terkejut hati Dino atas perubahan panggilan yang dilakukan oleh wanita muda itu.
”"...Kalau Mba’ Lina tak keberatan. Saya kan tinggal di timur di Sukarno Hatta, setelah mobil saya selesai saya antarkan mba’ kerumah...",” pinta Dino harap harap cemas.
”"...Jangan deh.., merepotkan mas segala...”",ujarnya berbasa basi.
"...”Ga ko, saya habis ini juga ga ada keperluan kemana mana...”!", kata Dino cepat.
”"...Beneran nih....?”", tanya Lina kembali.
”"...Saya ga berbasa basi ko......”",ujar Dino.
”"...Oke deh...., ga lama lagi kan....?"” ucapnya tersenyum renyah.
”"...Sebentar lagi paling.....”"sahut Dino.

Kembali mereka terlibat dalam obrolan ringan dan bersahaja. Sesekali Dino melontarkan joke joke ringan mencoba untuk lebih mengakrabkan suasana. Berkali kali Lina tertawa terpingkal pingkal sambil menutupi bibirnya dengan tangannya. Tak kuat menahan geli akibat joke joke Dino. Terkadang tangannya tak sadar memukul halus tangan Dino yang tengah memperagakan humornya. Tak lama berselang pak Hendy sang service advisor memanggil nama Dino.

“"...Ini pak Dino, keluhan atas mobil bapak sudah kami atasi, silakan bapak coba….”", ucapnya ramah.
”"...Ga usah saya coba sekarang pak, toh nanti kalau ada keluhan saya telfon bapak..”",ujar Dino.
"...”Baiklah kalau begitu..., ini surat yang harus ditandatangani bapak, dan lembar yang satu ini nanti diserahkan kepada security di depan. Mobil bapak sekarang ada di parkiran depan. Sudah bersih setelah kami cuci dulu, silakan...”" ujarnya menyerahkan kunci mobil ke tangan Dino.
”"...Terimakasih pak Hendy...", ”sahut Dino ”Kembali pak..” sahut pak Hendy.

Sesaat sebelum melangkah Dino memandang ke arah Lina yang tengah duduk memperhatikan Dino dan pak Hendy berbicara. Dino menganggukkan kepalanya mengisyaratkan ajakan. Lina tanggap dan bangkit. Setelah mengucapkan salam kepada pak Hendy iapun menyusul berlari lari kecil di belakang Dino.

Setelah mereka berdua berada di dalam mobil. Dan Dino mencoba bagian mobil yang di keluhkannya ke auto 2000, ternyata berjalan normal. Dino lega. Dan setelah kondisi ruangan mobilnya mulai terasa dingin oleh AC, Dino bergerak perlahan. Mengarahkan mobilnya ke jalan raya, setelah memberikan lembaran kontrol untuk security. Mobil pun meluncur di jalan raya dengan perlahan.

”"...Malu aku tau ga’...”", ucap Lina memecahkan kebisuan diantara mereka.
”"...Kenapa harus malu..? Toh mereka juga mengerti dengan keadaan ibu...", ”ujar Dino.
"...”Jangan panggil ibu..deh, panggil nama saja, kita kan sebaya...”", pintanya renyah.
"..”Terus mau kemana ini..., pulang...?”", tanya Dino.
”"...Ke situ dulu.....”:, ujarnya seraya menyebutkan nama sebuah toko bakery.
”"...Ga pa pa kan..?”", tanyanya.
”"...No problem........”", sahut Dino. Mobilpun meluncur ke tujuan yang di maksud, berjalan dengan perlahan membelah kemacetan kota Bandung. 15 menit kemudian mereka telah berada di pakiran toko tersebut. Dino mendampingi Lina yang terlihat meminta ini itu kepada pelayannya. Kemudian ia menghampiri Dino.

"...”Ga pa pa menunggu sebentar....?", ”tanyanya dengan wajah berharap.
”"...Aku santai ko......”", sahut Dino memandang berkeliling.
”"...Pesananku masih belum mateng....., kita tunggu di sana yuk....”", ajaknya menarik tangan Dino. Bersisian mereka mereka menuju bangku yang disediakan bagi konsumen yang makan di tempat.

Sambil memesan secangkir kopi mereka duduk berhadapan. Bercakap cakap dengan akrab seolah olah telah berteman lama. Sambil menyeruput kopinya Dino memandang wajah di depannya. Wajahnya manis dengan bibir kecil yang selalu berkicau ramai. Kembali menatap matanya Lina yang bulat yang diakui Dino sangatlah indah dan kerlingannya itu yang membuat jantungnya berdebar debar.

’'Hmm...kerlingan matanya sangat sangat menarik...’' batin Dino.

Tak lama kemudian pesanan Lina datang, beberapa bungkusan plastik diantarkan pelayan mengekori langkah Dino dan Lina menuju parkiran. Dan setelah memberi tips seadanya mobil yang mereka tumpangi meluncur kembali di jalan raya. Saat itu sekitar jam 11 an menurut jam di dashboard mobil. 

Dino mengarahkan mobilnya kearah rumah Lina di Cijambe di wilayah Bandung Timur. Melewati sambil merayap perlahan terminal Cicaheum yang padat itu. Terus berjalan. Untunglah AC mobil Avanza itu cukup dingin sehingga mereka cukup nyaman meskipun dalam kemacetan. Tak terasa kini mereka telah memasuki komplek perumahan dimana Lina tinggal.

”"...Pada kemana si kecil...?", tanya Dino sambil memandang berkeliling di ruang tamu yang asri itu setelah mereka berada di dalam rumahnya Lina.
"...”Biasalah,..anak anak kan sekolah, terus les. Si bibik kan pulang pergi tiap hari, karena dia orang dekat sini ko...”", teriak Lina dari belakang.
"...”Yah beginilah klo sudah siang..., sepi...”", tambahnya seraya menjinjing dua gelas syrup ditangannya. 

Melangkah dari dapur. Dino tercekat, melihat penampilan wanita muda itu. Kini jaket jeansnya tak ada lagi. T shirt ketat yang menampangkan lekuk tubuhnya kini melekat pada tubuhnya sintalnya. Masih dengan rok panjang yang dikenakannya seperti sebelumnya. Betul betul serasi dan seksi sekali.

"...”Ayo mas Dino diminum syrupnya, kasihan cape pastinya setelah aku repotkan kesana kemari..", ”ujarnya menyodorkan gelas yang berada di tangan kanannya. Dan ia duduk pada ujung sofa yang juga diduduki oleh Dino.
”"...Biasa saja, namanya juga membantu....", ”ujar Dino berbasa basi sedikit. Menerima gelas yang disodorkan Lina. Menariknya ke wajahnya. Di teguknya minuman itu dalam tatapan yang mereka yang terpaut.
’'Uh.., matanya...’'detak hati Dino.

Dino merasakan Lina tengah melemparkan sinyal sinyal gairahnya terhadap dirinya , tetapi Dino tak mau gegabah yang dapat berakibatkan suasana yang telah terbangun menjadi rusak dan buyar.

Dan kembali mereka larut dalam pembicaraan mengenai mobil yang brosurnya tadi telah di bawa Lina. Dino coba menjelaskan sebisanya fitur fitur dan keistimewaan yang ia mengerti. Diselingi joke joke ringan menetralkan suasana. Hingga..... Dewa Poker

Tangan Dino saking asyiknya bergerak memberi tekanan pada setiap jokenya tak sengaja menyenggol kertas brosur yang menyebabkan gelas minumnya terguling tumpah... Dengan cepat Dino menyambar brosur yang mulai basah tersebut. Begitu juga Lina bergerak maju menjangkau ke depan. Tak diduga sebelumnya tangan mereka bertemu, jemari Dino menumpu di atas punggung tangan Lina. Waktu serasa berhenti bagi mereka berdua. Dino naluriah membelai tangan halus tersebut, menatap pada mata indah yang juga tengah menatapnya. Mata mereka bertautan. Dan seperti telah sepakat kedua tubuh mereka mendekat hingga wajah mereka hampir bersentuhan.

Lina dapat merasakan nafas hangat Dino berhembus pada permukaan kulit wajahnya. Hangat... Lina menundukkan wajahnya mencoba menetralkan debur jantungnya yang bergemuruh di landa gairah yang sangat di kenalinya. Dadanya turun naik setiap tarikan nafasnya. Dino mendekat...

Di jatuhkannya kecupan ringan pada sudut bibir merah merona tersebut. Dapat ia rasakan tubuh Lina sedikit tersentak terkejut oleh aksi Dino. Tapi ia tak bergerak menjauh. Bahunya masih turun naik. Perlahan wajahnya menaik. Matanya mulai menatap Dino dengan pandangan yang memercikkan kehendak dasarnya yang terpicu.

Dengan cepat tiba tiba bibir Lina menerkam bibir Dino, melumatnya dengan ganas..! Sejenak Dino kaget akan tindakan wanita di depannya. Tapi segera bertindak menyambut dengan tak kalah panasnya. Kedua tangan Lina merangkul ketat leher lelaki yang baru dikenalnya itu. Lidah mereka berpalun palun, saling belit dan saling menghisap tak henti hentinya. Telapak tangan Dino yang terlatih segera melakukan tugasnya. Dengan tangan kiri di tariknya pinggang wanita muda itu untuk duduk di pangkuannya.

Semuanya serba terburu buru dan sangat tergesa gesa. Sementara Lina asyik dengan bibirnya pada wajah Dino, mengecup, menjilat setiap permukaan wajah itu, tangan Dino telah berada pada dada wanita manis itu meremas dan membelai bulatan membusung di atas pemukaan kaosnya. Dengan cepat Lina bergerak, menarik kaos ketatnya keatas dan meloloskannya melalui kepalanya. Begitu juga dengan Bh krem yang melekat menutupi dadanya menyusul lepas sehingga tubuh mulus wanita muda itu praktis telanjang dari pinggang ke atas. Segera wanita muda itu menyodorkan busungan dadanya ke wajah Dino. Dengan cepat pula bibir Dino mencucupi putingnya yang merah kecoklatan.

”…"...Ahhh...!”", erang Lina seraya melentingkan tubuhnya ke belakang. Lidah kasar Dino bergerak membelai dan menghisap dengan rakus. Berpindah pindah kekiri dan kekanan, tak melewatkan semilipun. Kepala wanita sintal itu berpaling kekiri dan kekanan menerima tekanan dan sentuhan lidah dan mulut Dino yang ahli.


Tak sabar, wanita muda itu berdiri dan menarik kaos yang dikenakan Dino dengan terburu buru melewati kepalanya. Lalu dengan cepat kedua tangan mungil itu menyelusup ke balik roknya, dan bergerak turun melakukan sesuatu. Tau tau CD yang berwarna krem itu telah berada dalam genggaman jarinya. Dino tanggap dan bergerak, meloloskan celana miliknya sehingga ia pun telanjang bulat.

Segera Lina kembali menduduki pangkuan Dino, menempelkan milik paling pribadinya pada batang kekar lelaki di bawahnya, menggerakkan pinggulnya mengurut batang tersebut dengan perlahan. Dino segera menyambar puting dada yang meruncing pada ujungnya dengan lidahnya. Menghisap, menyedot dan mengulum seolah olah memeras isinya. Kepala Lina kembali tersentak ke belakang.

”…"...Ohhh...!", ”serunya pendek. Pinggulnya terus bergerak ritmis menggali setiap sumbu kenikmatan yang makin membara. Mengurut dari bawah dan keatas hingga bonggol batang kejantanan lelaki di bawahnya. Bibir indahnya tak henti hentinya mengeluh, merintih dan mengerang. Merasakan api nafsu makin membakar tubuhnya. Siap siap untuk menghanguskannya. Tubuhnya meliuk liuk menggelinjang di dera kesangat nikmatan yang menderu deru bak angin puyuh.

”…"...Uhh..., ayo aku mau sekarang deh,... tak tahan lagi..", ” terdengar bisik lirih Lina seraya jemarinya meluncur ke bawah, menemukan batang kejantanan Dino yang telah siap untuk menunaikan tugas utamanya. Jemari lentik itu menyelipkan batang kekar itu tepat pada bagian lehernya pada antara jemari telunjuk dan tengahnya, bak sebuah gunting. Di tuntunnya bonggol batang kekar itu mengarah pada lepitan kewanitaannya yang telah basah. Pinggulnya bergerak mendekat. Terasa oleh Dino betapa lepitan lembut di kewanitaan Lina menjemput ujung membola batang kekarnya.

"...”…Ouhhh...", ”erang Lina pendek. Merasakan betapa betapa ujung membola batang kejantanan Dino menyentuh dan menggesek permukaan lepitan kewanitaan yang telah basah tersebut. Didorongnya kembali pinggulnya..., lepitan itu terkuak dengan perlahan di belah bonggol kejantanan Dino. Terus maju..., dan pada saat bonggol itu terbenam, gerakannya berhenti... hanya ujung membola batang kekar tersebut yang hilang dalam lepitan basah milik Lina. Mereka terdiam. Dan Dino pun diam menunggu aksi terusan wanita manis yang telah telah bersimbah keringat itu. Yang meleleh turun di lehernya yang jenjang terus menggelincir di permukaan dada yang membusung padat tersebut.

”…"...Ufhh....”", keluh Dino tatkala merasakan ujung kejantanannya yang telah tenggelam tersebut seoalah olah di pijit pijit oleh otot lembut dalam kawanitaan nya Lina.

,’Bukan main...!'’ batin Dino. Gerakan otot tersebut dilakukan Lina secara ritmis dan teratur. Dengan tubuh diam bibir tersenyum, matanya indahnya memandang kedalaman mata Dino tak berkedip, menyaksikan ekspresi Dino meringis dan tergagap gagap saat aksi itu berlangsung.

Dino tak tahan..!. Segera direngkuhnya pinggang ramping tersebut. Dan dengan telapak tangannya di cengkeramnya bokong padat milik Lina. Kembali mulutnya beraksi pada pada puncak dada yang membusung yang berada tepat di hadapan wajahnya. Diperkuatnya pijakan kedua kakinya. Dengan perlahan di dorongnya pinggulnya maju... Perlahan batang kejantanannya mulai mendesak masuk meneruskan pembukaan oleh bonggol membulat miliknya. Terasa setiap permukaan dinding lembut yang telah basah pada kewanitaan Lina terkuak mili demi mili. Terasa juga bagian dinding dalam dinding lembut tersebut bak deretan cincin karet yang meregang satu persatu. Terasa juga setiap regangannya bergemeluk seiring tekanan masuk bonggol batang kejantanan Dino disana.

”"...Ooohhh....”", pekik Lina membeliakkan mata indahnya sepanjang perjalanan batang kekar lelaki di bawahnya, merasakan tubuhnya mulai dipenuhi sesak oleh daging liat pada bagian bawah tubuhnya.

Dino terus mendesak dan dengan sebuah sentakkan, batang kekar miliknya terbenam utuh dalam kelembutan mencekal kewanitaan Lina.

”…"...Aaahhh..... !”", seru Lina tertahan saat terbenamnya milik Dino seutuhnya pada kewanitaan nya. Lina memandang wajah lelaki gagah itu dengan pandangan berbinar binar, tersenyum simpul. ’Bukan main mas Dino.....’ batinnya girang.

Dengan kedua tangan bertelekan pada bahu Dino, Lina mulai bergerak naik turun. Memompa semua hasrat birahinya hingga tak bersisa. Menuntaskan gejolak darahnya yang mendidih oleh bara nikmat yang mulai bangkit di episentrumnya. Derit sofa meningkahi setiap gerakan tubuh langsing tersebut. Dino membantu dengan menggengam pinggang langsing wanita muda itu, mengerakkan pinggang tersebut naik turun. Perlahan gerakan Lina makin cepat diselingi lenguh dan erang yang keluar dari bibir mungilnya.

”…"...Ayoo...mas, makin cepath....uuhhh....", ”lenguhnya di tengah gerakannya yang makin tergesa gesa. Napasnya telah memburu, terengah engah pada perpacuan birahi ini. Mata indahnya berkerjab kerjab kadang mendelik hingga keliatan bagian putihnya saja. Kadang kecipak kecipuk seksi terdengar dari pertemuan kulit yang telah berkeringat disana sini meningkahi gerakan mereka. Mereka terus berpacu. Cepat sekali nafsu wanita muda itu mendaki puncak birahinya.

”…"...Aaahh...nngghh........", ”rengek Lina saat tubuhnya telah siap untuk di ledakkan pada puncak kenikmatannya. Kino gerakannya pinggul Lina tak lagi naik turun, melainkan bergerak seperti pacul menggali hingga dalam. Tubuh bagain atas hingga pinggangnya tak bergerak hanya pinggul ke bawah yang bergerak mengayun. Menghujamkan liang kewanitaannya pada batang kekar yang keras bak tugu menjulang. Pinggulnya terus bergerak memacul makin cepat. Dino merasakan gerakan Lina seperti pijatan dan urutan yang nikmat tak terperi. Seakan akan pada saat turun liang tersebut menelan batang kejantanannya dan saat naiknya memeras batang kejantanannya. Gerakan Lina makin cepat. Diiringi gelinjang tubuhnya makin gusar. Mulutnya menceracau menggumamkan kata kata tak jelas. Napasnya telah memburu tersengal sengal. Puncak telah sangat dekat...

”…"...Aaahhh ..., nnnggghh....,nnghh..., ngghhhh..", rengek Lina terputus putus saat puncak klimaks birahinya datang. Menggulung tubuhnya hingga tak beraga. Melambungkan jiwanya pada langit berwarna. Melayang layang dibuai nikmat surgawi. Mata indahnya membeliak, kakinya meregang kaku, melentingkan punggungnya bak busur panah. Gerakan pinggulnya terpatah patah seolah tak bertulang. Dino tanggap dan segera menggenggam pinggang lentik tersebut. Bergerak memberikan tambahan gelombang nikmat yang beruntun untuk menuntaskan puncak klimaksnya Lina.
”…"...Ngghhh.....”", lenguhnya menggigit bahu kanan lelaki yang masih memaku pinggulnya.

Dino tak memberikan jeda. Segera diangkatnya tubuh sintal tersebut dan di baringkannya dalam posisi terduduk di atas sofa. Rok panjang Lina ditariknya lepas hingga tubuh mulus itu kini telanjang bulat. Segera di dorongnya kembali pinggulnya. Menyeruakkan lepitan basah milik Lina dengan batang kejantanannya yang menjulang kokoh. Dewa Poker

”…"...Ouuhhh...”", keluh Lina. Belum selesai gelombang puncak klimaksnya terakhiri, gelombang baru telah mulai menderanya. Dino bergerak memacu pinggulnya. Menghunjamkan batang berototnya tak kenal lelah. Mengumpulkan kepingan kepingan puzzle birahinya. Menyusunnya dengan tekun. Kaki Lina membelit di belakang tubuh Dino. Bibirnya mencucupi puting Dino. Kadang matanya memandang ke bawah dengan mulut menganga, menyaksikan liang pribadinya di gempur dengan ganas oleh batang berotot lelaki kenalan barunya ini.

”…"...Ooohh...”", rintih Lina dengan mata mendelik. Saat merasakan betapa batang berotot tersebut menggerus seluruh permukaan lembut dinding kewanitaannya. Mencumbui setiap titik pemicu birahinya di sana. Bercengkrama dengan kebasahan yang hangat di dalam sana.

Dino terus bergerak, terkadang diam. Tetapi tak semata mata diam. Di kedut kedutkannya otot kekarnya yang terbenam di dalam liang basah itu. Reaksi Lina sungguh tak terduga. Batang berotot tersebut dirasakan oleh wanita muda itu seakan membesar dan membesar, menekan nekan permukaan dinding liang yang di penuhi oleh berjuta juta tombol saraf yang peka tersebut. Pada setiap kedutan rintih dan lenguh Lina terdengar makin keras.

”…"...Oouuhhh...!”", erang wanita sintal tersebut. Tubuhnya menggerinjal gerinjal. Menggeliat dengan gusar. Kembali Dino bergerak memompa. Makin cepat gerakannya. Dirasakannya kepingan puzzle birahinya makin mendekati. Dilihatnya Lina memejamkan matanya , menahan nafasnya. Dan pada satu hunjaman...
”…"...Aaahhh........!”", pekiknya keras. Puncak klimaks menghampirinya lagi.

Kembali tubuhnya melenting. Bergerak terpatah patah dengan napas terputus putus. Kedua kakinya menendang nendang gelisah di belakang punggung Dino. Kedua tangannya menekan bokong Dino ke bawah. Menahankan agar hunjaman batang berotot terbenam sedalam dalamnya.

Agak kesulitan Dino menggerakkan pinggulnya karena merasakan liang basah tersebut bergerak peristaltik. Memijit mijit batang miliknya seakan akan memeras seluruh isinya. Namun gerakan peristaltik itu menyebabkan kepingan nafsunya segera dengan cepat menjadi lengkap dan dengan satu gerakan...

"...”…Aaarrgghhhh.......!”", geram Dino menghunjamkan batang berototnya sedalam dalamnya. Materi hangat kehidupannya berlarian di sepanjang pembuluh batang berototnya. Berpacu berkejaran menuju celah pelepasannya. Dan saling berpancuran menyirami, membasahi liang lembab tersebut dengan lecutan lecutan kental yang hangat. Pinggul Dino tersentak sentak pada setiap lecutan pancuran yang menyembur keluar. Hingga semburan tersebut melemah dan berakhir...

Tubuh Dino menggelosoh di atas tubuh Lina. Kedua tubuh yang bersimbah keringat itu terdiam, meredakan gemuruh nafas mereka yang terengah engah seraya menikmati sisa sisa puncak birahi yang masih terasa. Mata keduanya terpejam. Menit demi menit berlaku tanpa kegiatan

"...”…Uhh....mas Dino nakal.......”", ucap Lina mengerlingkan matanya saat mereka membereskan pakaiannya masing.masing.
"...Kamu yang nakal...Lin.......", ” sahut Dino tersenyum
”Terserah deh...., papa mama nakal.....”ujarnya tertawa simpul. Setelah itu mereka kembali duduk diatas sofa berdampingan. Kepala Lina rebah pada bahu Dino. Jemarinya mengelus elus bulu tangan Dino. Mereka diam tetapi batin mereka berbicara. ’Lelaki ini sungguh jantan, takkan pernah kusesali kejadian ini....’bati wanita sintal ini. ’Baru kali ini kutemui wanita yang sangat panas bergelora....’ pikir Dino dalam hati.

”"...Ngghh.. Lin, kayanya sudah sore nih, aku harus berangkat dulu......”", Ujar Dino mengangkat wajah Lina.
”"...Mmmhhh..., iya udah jam 2.., ga terasa ya...?", ujarnay tersenyum ringan. Setelah berkecupan sesaat, Dino pun pamit . Setelah saling bertukaran nomer telepon Dino beranjak dengan usapan jemari Lina pada pipinya.

”"...Jangan lupa ya, telfon aku setiap mas ke auto 2000, sepertinya mulai saat ini aku perlu di ’service berkala’ deh..”", ujar Lina tersenyum nakal.
”"...Ok deh bye......”", sahut Dino. Masuk kedalam mobilnya. Dan beranjak keluar dari halaman rumah Lina. Tak lupa sambil melambaikan tangan mobil Avanza itu pun menghilang di tikungan.

0 comments:

Post a Comment